Mohon tunggu...
Hestri Parahest
Hestri Parahest Mohon Tunggu... hobi menulis

coretan si miskin diksi dan intuisi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Atasi Commuting Stress : Zikir sampai Matematika

24 Agustus 2025   16:54 Diperbarui: 26 Agustus 2025   15:13 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Commuting Stress (Sumber : dokpri/Gemini AI)

Pagi begitu cerah, matahari belum terik. Terpasung dalam kemacetan jalan adalah menu saya sehari-hari. Agenda hari ini penuh benang ruwet, kesabaran perlu dipompa lebih ekstra pada hati yang saya tak yakin seberapa luas dan lebarnya. Semakin bertambahnya usia, semakin saya lebih memilih fokus saat di jalan, dan mencuri waktu dalam kemacetan untuk berzikir dan beristighfar. Adem rasanya di tengah emosi bunyi klakson yang membakar padatnya lalulintas. Hati sayapun lebih tenang hadapi liku perjalanan menuju benang ruwet di tempat tujuan. Macet dan lampu merah akhirnya menjadi waktu langganan saya untuk sedikit me-restorasi iman yang lemah ini. Sebuah golden time yang mungkin tidak sering saya dapati saat sibuk di tempat aktivitas.

Dulu waktu SMP, saya biasa nebeng kendaraan bapak sampai ke sekolah. Jarak yang lumayan jauh membuat saya kerap merasa bosan di jalan. Plat nomor kendaraan di jalan raya yang menjadi pemandangan sehari-hari, akhirnya saya jadikan bahan mini game untuk mengusir rasa bosan. Saya iseng menyusun empat angka yang ada pada plat nomor kendaraan menjadi sebuah kalimat matematika tertutup. Banyak yang berhasil saya susun dengan benar, tetapi saya juga sering bertemu empat angka yang tidak bisa disusun menjadi kalimat matematika tertutup. Tanpa disadari, keisengan ini menjadi sebuah kebiasaan saya dalam commuting, sampai usia sekarang.

(Sumber : dokpri/dibuat dengan Canva Pro)
(Sumber : dokpri/dibuat dengan Canva Pro)

Macet panjang menyampaikan saya pada ujung zikir dan kembali fokus ke jalan. Di depan ada mobil innova hitam, mata saya langsung tertuju pada angka plat nomornya : 1289. Otak saya lalu berputar membuat kalimat matematika tertutup dengan memakai keempat angka tersebut. Hasilnya, 1 pangkat 2 sama dengan 9 dikurangi 8. Hasil lainnya, akar 9 dikurangi 2 sama dengan 1 pangkat 8. Kemudian saya beralih ke angka plat nomor mobil lainnya di sekitar saya dan membuat kalimat matematika lagi. Begitu seterusnya, sampai kemacetan terurai dan saya kembali fokus ke jalan, sambil menikmati lagu favorit sayup-sayup, atau kadang kembali berzikir.

Ciptakan Ruang-Ruang Mini

Hal-hal tak enak selama proses perjalanan menuju dan dari tempat kerja, baik dengan transum maupun kendaraan pribadi, sering memicu terjadinya commuting stress. Wajar bila tekanan psikologis seseorang akan meningkat saat menghadapi macet, kebisingan, polusi, penuh sesak dalam transum, kualitas transportasi yang kurang memadai, perjalanan yang memakan waktu lama, dan bahkan pengalaman tidak menyenangkan dengan penumpang lain.

Setiap orang memiliki kreasi sendiri dalam mengatasi commuting stress. Cara yang mungkin efektif bagi satu orang belum tentu cocok bagi yang lainnya. Berbagi pengalaman dalam menghadapi commuting stress, akan bermanfaat menambah kreativitas dalam menciptakan commuting yang berkualitas.

Merencanakan perjalanan. Menyusun rencana perjalanan dengan cermat dan cerdik dapat mengurangi potensi commuting stress. Merencanakan jam berangkat dan rute terbaik dapat menghindarkan dari kemacetan lalulintas dan penuh sesak di transportasi umum.

Persiapan fisik. Commuting memicu stress. Commuting stress memicu defisit energi. Itulah kenapa asupan gizi sebelum perjalanan dan selama di tempat kerja atau tempat aktivitas, harus terpenuhi dengan baik. Waktu istirahat juga harus cukup. Jika perjalanan dirasa sangat panjang, perlu dipertimbangkan untuk tidur lebih awal pada malam sebelumnya.

Mengisi waktu dengan ruang-ruang mini. Kita dapat menciptakan ruang-ruang mini yang positif untuk mengisi waktu dalam commuting. Ruang belajar, ruang hiburan, ruang spiritual, ruang sosial, bahkan ruang istirahat bisa kita bentuk secara instan sesuai kreasi masing-masing. Membaca buku, e-book, berita-berita aktual, bersabar dan bertoleransi dengan penumpang lain di transum, akan menciptakan sebuah kesempatan belajar dalam commuting. Menghibur hati dengan mendengarkan podcast favorit dan lagu dari playlist pribadi membuat commuting dapat dijalani dengan rileks. Sebagian yang memanfaatkan waktu heningnya untuk terhubung pada Sang Pencipta, baik dengan doa, zikir, atau sekedar rasa syukur atas hari ini, membuktikan bahwa ruang spiritual minipun dapat diciptakan dalam commuting. Ruang sosial juga akan terbangun saat berinteraksi, ngobrol, bercerita, dan sharing pengalaman dengan orang lain kala perjalanan menuju dan dari tempat kerja. Tidur juga menjadi pilihan positif bagi sebagian orang yang merasa perlu untuk beristirahat. Semua cara yang berdampak positif adalah baik.

Suka tidak suka, commuting adalah rutinitas yang harus dijalani dan dihadapi sehari-hari. Tinggal kita masing-masing yang bisa mengakali-nya menjadi sebuah commuting yang berkualitas, dan bukan sekedar rutinitas tanpa ruh, yang membuang banyak waktu di jalan. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun