Mohon tunggu...
Hestri Parahest
Hestri Parahest Mohon Tunggu... hobi menulis

coretan si miskin diksi dan intuisi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

One in a Million Moment : Pecah Telur! Ketika Artikel Pertama Kali Dimuat di Majalah Berbahasa Jawa

18 September 2025   18:17 Diperbarui: 18 September 2025   18:17 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kliping beberapa artikel yang dimuat di majalah Panjebar Semangat (Sumber : dokumentasi pribadi)

Lembar demi lembar halaman majalah saya buka dengan pencarian yang penuh harap. Sampai akhirnya mata saya membentur sebuah judul artikel dengan tulisan nama saya di bawahnya. Hati ini spontan meluap dipenuhi rasa yang bercampur aduk. Artikel berbahasa jawa yang saya tulis dengan penuh tantangan di setiap kalimatnya, akhirnya lolos kurasi, dan dimuat di majalah Panjebar Semangat untuk pertama kalinya. Satu dari sejuta momen bahagia, yang membuat saya merasa bahwa tulisan saya masih memiliki tempat di dunia ini.

Bercerita tentang one in a million moment, membuat saya terkenang kembali pada kejadian sembilan belas tahun silam. Waktu itu bapak masih berlangganan dua majalah berbahasa jawa, yaitu Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Seingat saya, sejak saya masih SD, bapak sudah berlangganan dua majalah ini. Keluarga kami berasal dari Jawa Tengah. Kami menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa ibu dan bahasa sehari-hari di rumah. Jadi, anak-anak bapak pun tidak sulit untuk ikut menikmati kedua majalah tersebut sebagai bacaan favorit. Kebiasaan membaca lambat laun memunculkan keinginan dalam diri saya untuk menulis artikel berbahasa jawa dan mengirimkannya ke redaksi majalah. Siapa tahu dimuat.

Dan benar, pada bulan Juni tahun 2006, akhirnya pecah telur! Artikel saya dimuat di majalah Panjebar Semangat untuk pertama kalinya. Artikel berbahasa jawa pertama yang saya tulis berjudul:  Ayo, Padha Dadi "Masyarakat Hijau"!,  dimana artikel ini berisi ajakan untuk menjadi masyarakat hijau guna menyelamatkan planet bumi. Hampir tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata betapa senang hati saya waktu itu. Rasanya campur aduk, antara senang, haru, lega, dan semangat untuk ingin menulis lagi. Akhirnya dimuatlah artikel kedua, ketiga, dan seterusnya, sampai beberapa tahun kemudian saya berhenti menulis karena kesibukan yang tidak bisa disela.

Mengapa menjadi "one in a million moment" versi saya?

Bagi sebagian orang, dimuatnya artikel pertama di majalah, mungkin hanyalah sebuah pencapaian kecil yang biasa-biasa saja. Tapi bagi saya beda. Ada rasa bahagia yang tiada putus-putusnya ketika tulisan saya dibaca oleh banyak orang, dan bermanfaat positif bagi mereka. Itu adalah honorarium terbesar bagi saya dari artikel yang saya tulis. Dan itu juga momen keberhasilan saya dalam menembus sebuah batas keraguan. Saya juga bangga dan tidak mengira kalau tulisan berbahasa jawa yang saya buat dengan susah payah, ternyata masih memiliki kualitas yang layak untuk dibagikan kepada pembaca. Saya yang waktu itu masih muda, membayangkan betapa pembaca dan pecinta majalah berbahasa jawa banyak didominasi oleh generasi tua seperti bapak saya. Memang terlalu indah untuk dilupakan, terlebih ketika memergoki bapak tak habis-habisnya tersenyum saat membaca artikel anaknya di majalah kesayangannya. Itulah sepotong cerita tak terlupakan, yang menjadi "one in a million moment" menurut versi saya. Semoga bermanfaat dan semoga bahagia selalu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun