Mohon tunggu...
Hesti Darmayanti
Hesti Darmayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kontroversi Bedak Johson & Johson, Apakah Ada Kaitannya dengan Kanker

13 Juni 2023   12:06 Diperbarui: 13 Juni 2023   12:29 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pengantar:
Dalam beberapa tahun terakhir, produk bedak Johnson & Johnson telah menjadi bahan perdebatan yang intens dikalagan masyarakat. Beberapa laporan mengaitkan penggunaan bedak perusahaan ini dengan risiko kanker. Ini mengejutkan banyak orang, terutama orang tua, yang telah lama menganggap produk ini sebagai platform yang jujur dan berkualitas tinggi untuk gendongan bayi. Meski perusahaan membantah klaim tersebut, kontroversi ini menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan yang besar di kalangan konsumen. Artikel ini mengkaji kontroversi bedak Johnson & Johnson dan apakah ada dasar ilmiah untuk klaim bahwa penggunaannya dapat menyebabkan kanker.

Latar Belakang Produk Bedak Johnson & Johnson

Johnson & Johnson adalah perusahaan multinasional yang terkenal dengan produk kesehatan dan kecantikan. berkantor pusat di New Brunswick, New Jersey, AS, didirikan pada tahun
1886. Johnson & Johnson menduduki puncak Survei Reputasi Perusahaan Nasional selama tujuh tahun berturut-turut pada tahun 2005 dan dinobatkan sebagai salah satu Perusahaan Paling Dikagumi di Dunia tahun 2008 oleh Majalah Barron.

Johnson & Johnson memiliki sekitar 250 anak perusahaan di lebih dari 57 negara dan menjual produk di lebih dari 175 negara. Johnson & Johnson memiliki penjualan global sebesar $65 miliar pada tahun 2011. Johnson & Johnson adalah salah satu merek yang menawarkan banyak obat dan produk P3K, termasuk obat pencahar, obat Tylenol, produk bayi Johnson, produk kulit dan kecantikan Neutrogena, pembersih wajah Clean & Clear, dan lensa kontak Acuvue. Bedak
Johnson & Johnson telah menjadi salah satu produk ikonik perusahaan ini, digunakan oleh jutaan orang di seluruh dunia selama beberapa dekade.


Klaim dan Tuntutan Hukum 

Akhir-akhir ini, sejumlah tuntutan hukum diajukan terhadap Johnson & Johnson yang mengklaim bahwa penggunaan bedaknya menyebabkan kanker. Beberapa penggugat mengklaim bahwa bedak Johnson & Johnson mengandung asbes, yang telah terbukti sebagai zat karsinogen yang berhubungan dengan beberapa jenis kanker. Pada tahun 2020, perusahaan
mengumumkan akan menghentikan penjualan bedak di Amerika Utara karena permintaan yang menurun. Ini karena informasi yang salah dan tuntutan hukum keamanan produk. Selain itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS menemukan sejumlah kecil asbes dalam produk tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus menarik 33.000 botol bubuk produksinya dari pasaran. Johnson & Johnson diperintahkan membayar 4,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 67 miliar, setelah 22 konsumen dilaporkan terkena dampak bedak yang mereka buat. Pengenaan ganti rugi tersebut disebabkan oleh kelalaian perusahaan yang gagal memperingatkan konsumen tentang potensi risiko kesehatan dari produk mereka.


Fakta Bedak bayi Johson & johson

Ada beberapa fakta tentang bedak bayi Johnson & Johnson yang perlu Bunda ketahui.

a. Diduga Terkontraminasi ASBES
Faktanya secara medis dalam kandungan bedak bayi tersebut ditemukan namanya
TALC, di dalam TALC ini sering terkontaminasi oleh ASBES (asbestos). Asbes adalah serat mineral alami yang telah lama digunakan di berbagai industri seperti konstruksi, manufaktur, dan kosmetik. Meskipun asbes memiliki sifat tahan panas, isolasi, dan padat, namun tergolong karsinogen, yang berarti dapat menyebabkan kanker pada manusia. Paparan asbes dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai jenis
kanker, termasuk kanker paru-paru, mesothelioma (kanker yang menyerang lapisan pelindung organ dalam) dan kanker ovarium. Oleh karena itu, penting bagi konsumen untuk menghindari paparan asbes pada produk yang mereka gunakan, termasuk bedak bayi.


b. Penelitian sebut bisa picu kanker ovarium
Kasus ini disorot oleh beberapa ahli, antara lain dokter spesialis penyakit dalam spesialis hematologi-onkologi (kanker), Prof. Zubairi Djoerba dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Mengutip sebuah penelitian, Profesor Zubairi menjelaskan bahwa penggunaan bedak secara signifikan meningkatkan risiko kanker di area tertentu.

"Ternyata, menggunakan bedak di sekitar alat kelamin atau vagina dapat meningkatkan risiko kanker ovarium," kata Profesor Zubairi di akun Twitter pribadinya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun