Mohon tunggu...
Hesdo Naraha
Hesdo Naraha Mohon Tunggu... Freelancer - Sharing for caring by "Louve" from deep Instuisi-Ku

God Is Good All The Time 💝

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ketika Kamu Tidak Merdeka: Perjuangkanlah!

27 Agustus 2021   11:00 Diperbarui: 27 Agustus 2021   11:09 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

(seri lanjutan: merdeka dengan pilihan menjadi diri sendiri)

Pertama kali saya menulis di kompasiana pada bulan Februari tahun lalu, saat itu saya mengerjakan draf tulisan pertama di ruang kerja mama. Sebenarnya inspirasi terbesar saya untuk menulis datang dari sebuah film yang sangat menyentuh hati. Sore ini masih diruang yang sama, saya kembali mendapati inspirasi dari sebuah film karya Garin Nugroho, dengan sutradara: Hadrah Daeng Ratu. Sebuah kisah yang sangat menarik, alurnya sedikit dapat ditebak, namun tetap memberikan kejutan di setiap puncak dari berbagai konflik yang terjadi.

"A Perfect Fit" membuat saya belajar tentang banyak hal. Berlatar pulau Bali, membuat nilai-nilai ke Indonesiaan menjadi sangat nampak dalam film ini. Mungkin penulis memang bercerita tentang kekagumannya terhadap Indonesia melalui film ini. Beberapa pelajaran berharga yang saya dapatkan, antara lain:

"Sekalipun berbagai pilihan yang disajikan hidup penuh kesulitan, tetapi kita perlu untuk terus belajar menemukan makna di balik setiap peristiwa"

Teruslah belajar dari mana saja 

Saya selalu kagum dengan kehidupan ini, dalam setiap peristiwa hidup yang terjadi; baik situasinya menyenangkan ataupun sebaliknya kesedihan, menurut saya semuanya mengandung pelajaran. Duluh saya sangat yakin dengan suatu kekuatan yang namanya "takdir", bahwa kehidupan kita akan berjalan sesuai garis tangan, nasib baik atau pun buruk serta berbagai hal-hal abstrak lainnya yang sulit dijelaskan. Hingga suatu ketika semua pandangan itu menjadi bias, dan tidak lagi bermakna.

Dalam suatu kebaktian pada tahun 2019 di Yogyakarta (Kota saya melanjutkan studi S1), seorang pendeta berbicara tentang takdir, kalimatnya masih segar di ingatan saya. Katanya "hidup kita tidak ditentukan oleh takdir atau nasib, karena kitalah yang harus memegang kendali atas setiap peristiwa hidup kita". Awalnya saya masih ragu-ragu karena dalam 17 tahun kehidupan, hampir setiap hari orang tua, guru, kakak, maupun teman-teman mereka semua selalu berbicara tentang takdir. Hingga akhirnya saya belajar dari banyak pengalaman, yang membuat saya tiba pada suatu pemahaman bahwa takdir itu tidak harus menjadi penentu jalan hidup kita.

Dalam film "A Perfect Fit" ada scene di mana tokoh utama: Saski, bertemu dengan seorang peramal. Dalam perjumpaan ini, sang peramal memberikan sebuah daun kering dengan sepotong kertas berisi mantera. Katanya "ikuti ini, dan kamu akan menemukan jalanmu yang baru", situasi ini dilengkapi dengan sebuah pertemuan antara dua orang asing yang kemudian membentuk rangkaian cerita panjang. Tetapi dalam pertemuannya selalu dipenuhi dua sisi emosi yang berlawanan, ada saat di mana mereka sangat bahagia, namun juga saat ketika mereka saling menajuh, penuh luka dan tersakiti.

Apakah ramalan ini memang bekerja?

Dalam beberapa film lainnya, tampilan mengenai ramalan selalu diceritakan sukses dan tepat. Namun lagi-lagi kita perlu melihat pada realita, bahwa kehidupan tidak selalu berjalan seindah film. Ramalan dalam beberapa kebudayaan memang sangat berpengaruh, terlebih khusus dalam kebudayaan masyarakat Bali. Kepercayaan tentang ramalan tidak bisa diterima begitu saja, sebab keberagaman konteks dan cara pandang mempengaruhi pola pikir kita. Tetapi inilah kehidupan, ada banyak hal disediakan oleh Tuhan melalui alam, sesama manusia, dan setiap peristiwa hidup agar kita dapat belajar dari mana saja.

Kehidupan haruslah harmonis 

Saya tertegun dengan penggalan kalimat yang diucapkan oleh Ayah Deny, calon tunangan Saski; wanita cantik asal bali yang harus berada dikebuntuan jalan hidupnya, sehingga takdir seakan-akan membawanya pada pilihan yang tidak tepat. Sosok Deny yang diperankan Giorgino Abraham menunjukan watak pria Indonesia yang sangat khas dengan sifat keras kepala, penuh kemauan dan agresif (ada sisi maskulinitas yang juga ditonjolkan dalam diri Deny).

Konflik terjadi ketika Ayah Deny memutuskan untuk membatalkan pernikahan Saski dan Deny. Belakangan ayahnya menyadari bahwa pilihan Deny untuk menikah hanyalah formalitas, untuk memenuhi keinginan orang tua agar harta kekayaan keluarga bisa diwariskan kepadanya. Kisah semacam ini memang sudah sering kita jumpai dalam berbagai serial tv, film, dan bahkan banyak novel serupa. Namun yang menjadi nilai paling penting bagi saya, ketika ayah Deny menyatakan hal ini.

"Berbisnis di tanah ini (Bali) haruslah mengutamakan keselarasan antara Tuhan, alam, adat, dan manusia. Bukan sekadar kepentingan diri sendiri"

Dalam banyak film yang saya tonton, justru lebih banyak menunjukan sifat dan karakter seorang pengusaha yang eksploitatif. Tetapi nilai kehidupan masyarakat Bali justru sangat nyata dalam setiap bagian film ini. Mungkin inilah prinsip yang dipegang oleh para pebisnis di sana, sehingga tak heran jika kita melihat Bali rasanya perpaduan, keselarasan atau keharmonisan antara alam, adat dan manusia sangatlah nampak dan jelas. Inilah yang membuat saya selalu jatuh cinta dengan Bali, dan berharap suatu saat bisa berkunjung ke Bali.

Hidup yang harmonis sangatlah indah, hal ini yang sudah saya jalani beberapa tahun terakhir. Suatu ketika saat saya masih SMK, kepala sekolah pernah berbicara tentang hidup berdamai dengan semua ciptaan. Katanya "kalau di rumahmu ada hewan misalnya tikus, ular, kecoak, dll. Jangan dibunuh, gunakan alat pengusir sehingga mereka akan pergi dengan sendirinya, sebab mereka adalah ciptaan Tuhan yang harus dijaga". Kalimat ini sangat berkesan bagi saya.

Keselarasan dalam hidup juga membuat aura diri menjadi lebih positif, karena sejak dalam pikiran kita sudah menanamkan pola pikir yang positif, maka akan berpengaruh pada seluruh aspek, yaitu perasaan/emosi, dan perilaku. Hal ini membuat saya sangat kagum melihat teman-teman yang bisa bersahabat dengan hewan, mungkin karena mereka memang menjaga keharmonisan hubungan itu, sehingga dengan ciptaan apa saja selalu terlihat adanya relasi yang harmonis dan indah.

Cinta itu seperti mata air 

Setelah menikmati adegan demi adegan dalam film "A Perfect Fit" saya pun mendapatkan sebuah ungkapan yang muncul dalam hati. Dengan segera saya menuliskannya di note agar tidak hilang begitu saja.

"Ada banyak hal yang bisa dipilih, tetapi hanya satu yang harus berjalan seperti aliran air, yaitu: cinta"

Kisah cinta dalam film ini penuh dengan konflik, dan lika-liku. Ada satu tokoh yang belum saya sebutkan, yaitu Rio; seorang pengrajin dan pemilik toko sepatu yang berhasil mendapatkan cintanya (hati) Saski. Setelah pertemuan pertama antara Rio dan Saski di toko sepatu miliknya, Saski telah menjalani kehidupannya dijalan yang baru sebagaimana kata sang peramal "ikuti ini, dan kamu akan menemukan jalanmu yang barumu". Rio adalah sosok baru, dan juga sang pemilik jalan baru itu.

Rio dan Saski sama-sama diperhadapkan pada kondisi ketika cinta mereka tidak bisa mengalir. Mereka bukanlah mata air, ketika itu Saski sudah bertunangan dengan Deny, dan Rio juga telah menerima lamaran Tiara (calon tunangannya), namun kisah cinta mereka sama-sama penuh luka.

Ada pelajaran tentang kesetaraan gender yang juga ditampilkan dalam film ini. Sebagai seorang perempuan Saski diajarkan untuk menurut, mengikuti dan pasrah dengan takdirnya. Sementara itu, Rio hanyalah lulusan D3 yang bekerja sebagai pengrajin dan penjual sepatu, ada scene di mana dia dibandingkan dengan Tiara seorang lulusan S2 dan pengusaha kaya raya. Setiap perbandingan ini seakan membuat harga diri perempuan dan laki-laki masih terperangkap dalam bingkai status sosial, sehingga dampaknya keberadaan mereka seakan tidak memiliki nilai. Bahkan kehidupan mereka seakan tanpa pilihan-pilihan yang bebas dan merdeka.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa dalam kebanyakan budaya dan tradisi pandangan mengenai status sosial, latar belakang pendidikan, dan kasta; merupakan sebuah privelage. Inilah yang seringkali membuat banyak kisah cinta berakhir pilu, karena banyaknya perbedaan. Bahkan di daerah saya, kepualaun Kei, pandangan seperti ini masih sangat kuat dan kental, namun tidak sedikit juga yang akhirnya memilih menjadi mata air, artinya mengalir sebagaimana mestinya. Sebab dengan mengalir akhirnya air dapat melewati bongkahan batu besar, dan lubang-lubang yang sempit.

Dua orang yang saling mencinta memang selalu diperhadapkan pada berbagai situasi dan kondisi. Keluarga merupakan figur paling penting dalam urusan percintaan. Ketika keluarga menerima, maka kisah cintamu dapat berlanjut namun jika keluarga menolak. Maka bisa terjadi dua pilihan: pertama, mengakhiri untuk kebaikan keluarga kedua bela pihak, atau kedua, melanjutkan dengan penuh tantangan namun untuk perjuangan kehidupan yang sebenarnya. Saski dan Rio dalam film ini adalah pasangan yang memilih opsi kedua.  

Saya belum jatuh cinta, apalagi mencintai terlalu dalam. Perjuangan cinta pun masih sebatas perjalanan malam dari rumah menuju pasar tempat ketemuan dengan gebetan setiap malam, namun itu sudah lama sekali nyaris lima tahun berlalu. Karena saya tahu bahwa perjuangan yang sebenarnya akan ada di depan nanti, membutuhkan kesiapan hati sekuat batu karang, setajam ujung parang, dan semerah nyala api dari obor Kapitan Pattimura.

Sebagai penutup saya ingin mengutip ungkapan seorang bijak "tidak ada tantangan yang terlalu sulit jika kita memikirkannya dengan cara-cara yang mudah saja." Ketika kamu memang sedang berjuang untuk sebuah kebebasan, maka perjuangkanlah itu karena kita adalah manusia-manusia yang merdeka. Kata Eyang Habibie "hiduplah seperti mata air yang memberikan kesejukan juga kehidupan bagi banyak orang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun