Di tengah kompleksitas zaman, peran orang tua tidak lagi cukup hanya sebagai pengasuh atau penyedia kebutuhan fisik anak. Mereka dituntut menjadi pemimpin spiritual dalam keluarga---sumber nilai, makna, dan keteladanan. Untuk itu, dibutuhkan kapasitas yang lebih dalam: Self Spiritual Leadership. Apalagi mereka punya tugas untuk membangun generasi masa depan yang baik dan optimalnya BPSS-nya (Dimensi biologi, psikologi, sosial dan spiritual). Artiya orang tua punya peran penting dalam mendampingi dan membimbing anak, agar mereka mampu membangun Good Life-nya
Konsep ini berakar pada empat elemen inti dalam tradisi spiritual Islam: Aql (akal), Nafs (diri), Ruh (jiwa), dan Qalb (hati). Keempatnya membentuk fondasi kepemimpinan diri yang utuh dan bermakna. Hal ini menjadi semakin penting hari ini, mengingat kondisi dan stimulasi eksternal yang dapat mempengaruhi anak semakin massif. Walaupun orang tua terus memberikan bimbingan agar anak dapat membangun good life-nya secara BPSS (Biologis, Psikologis, Sosial dan Spiritual), namun tantangan di luar tidak dapat dipandang sebelah mata. Pengaruh kecanggihan teknologi media dan ragam akan media sosial, dapat menjadi sumber pengaruh makro, yang dapat mempengaruhi bagaimana anak membangun pikiran, sikap dan perilakunya.
Tidak jarang orang tua hari ini, terkaget-kaget karena perubahan perilaku putran dan putrinya. Mereka merasa mendidik anak-anaknya agar berprofil A, namun jadinya malah B. Mereka bahkan merasa 'asing' dengan perilaku anaknya sendiri. Maka, upaya ekstra perlu dilakukan. Orang tua perlu terus menambah kompetensinya dalam memberikan pengasuhan dan pendidikan. Proses belajar keluarga tidak boleh berhenti, karena pengaruh makro dan global juga tidak pernah berhenti. Membangun keluarga menjadi 'learning family (keluarga yang terus belajar berkelanjutan) adalah keniscayaan. Maka, konsep self spiritual leadership ini menjadi salah satu alternatif peta jalan untuk membangun good life-nya orang tua, agar mereka mampu membangu good family.
Berikut adalah empat dimensi kepemimpinan mandiri berbasis spiritual (self spiritual leadership)
Aql: Akal yang Membimbing
Orang tua perlu memiliki kemampuan berpikir jernih, bijak, dan strategis dalam menghadapi dinamika keluarga. Aql yang sehat membantu mereka mengambil keputusan yang maslahat, bukan impulsif. Ini mencakup kemampuan belajar, refleksi, dan berpikir sistemik.
Orang tua yang mampu berpikir jernih, reflektif, dan bijak akan lebih mampu memahami kebutuhan anak secara utuh. Mereka tidak mudah reaktif, dan mampu membuat keputusan yang maslahat. Artinya, orang tua tidak boleh berhenti untuk terus melatih akal dan pikiran mereka
Nafs: Diri yang Dikendalikan
Mengasuh anak adalah medan latihan pengendalian diri. Orang tua yang mampu mengelola emosi, menahan amarah, dan tidak reaktif menunjukkan kualitas kepemimpinan spiritual yang kuat. Nafs yang terlatih menjadikan orang tua lebih sabar dan penuh kasih.
Pengasuhan sering kali memicu emosi. Orang tua yang mampu mengelola nafsu dan emosi negatif akan menciptakan ruang aman bagi anak untuk tumbuh tanpa rasa takut atau tekanan.
Ruh: Jiwa yang Terhubung
Ruh adalah sumber makna dan koneksi dengan Sang Pencipta yaitu Allah Subhanahu wa ta'ala. Orang tua yang menyadari tujuan hidupnya akan menularkan nilai-nilai spiritual kepada anak-anaknya. Mereka tidak hanya membesarkan anak, tapi juga membimbing jiwa mereka menuju cahaya.
Anak-anak membutuhkan cinta yang tulus dan empati yang dalam. Orang tua yang memimpin dengan qalb akan menjadi tempat pulang yang menyembuhkan.
Ketika orang tua menyadari bahwa mengasuh anak adalah bagian dari misi hidup dan ibadah, maka setiap interaksi menjadi bermakna. Mereka tidak hanya membesarkan anak, tapi juga membimbing jiwa.
Orang tua perlu paham apa maksud dan tujuan diciptakannya manusia, yaitu untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Qalb: Hati yang Ikhlas dan Empatik
Qalb adalah pusat keikhlasan, cinta, dan empati. Orang tua yang memimpin dengan hati akan menciptakan suasana rumah yang penuh kasih, aman, dan menyembuhkan. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini akan memiliki fondasi psikologis dan spiritual yang kuat.
Orang tua perlu terus berusaha untuk membersihkan hatinya, agar senantiasa mampu membimbing anak-anaknya dengan penuh keiklasan, jauh dari rasa dengki, hasad, riya dan lain-lain.
Intinya, setiap orang tua perlu mampu untuk membimbing dirinya sendiri dulu. Perlu kemampuan untuk mengarahkan dan memastikan dirinya berada di koridor yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Perlu menyediakan ekstra waktu dan energi untuk membuat dirinya lebih teredukasi.
Maka...
Self Spiritual Leadership bukan hanya tawaran konsep, tapi kebutuhan nyata dalam membentuk keluarga yang sehat dan bermakna. Orang tua yang memimpin dirinya sendiri dengan akal, jiwa, hati, dan pengendalian diri akan mampu membentuk generasi yang tangguh secara spiritual dan emosional.
Self Spiritual Leadership: Fondasi Orang Tua yang Hadir Sepenuhnya
Hari ini, anak-anak tidak hanya membutuhkan orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, atau fasilitas pendidikan (saja). Mereka membutuhkan kehadiran yang penuh---kehadiran yang mampu mendengarkan, memahami, dan membersamai mereka dalam perjalanan hidup yang kompleks. Kehadiran yang bukan sekadar tubuh, tetapi juga jiwa yang sadar dan terhubung. Kehadiran yang menerima putra dan putrinya tanpa syarat apapun.
Untuk bisa hadir seperti itu, orang tua perlu memiliki kemampuan memimpin dirinya sendiri. Inilah yang disebut sebagai Self Spiritual Leadership---kepemimpinan diri yang berakar pada spiritualitas, bukan sekadar teknik pengasuhan. Orang tua perlu mampu memimpin dirinya ke jalan yang benar dan menghidari jalan yang salah. Orang tua perlu mengatur dirinya agar mampu menjadi sosok yang sabar.
Mengasuh anak bukan hanya soal mendidik, tapi soal menjadi. Menjadi pribadi yang utuh, sadar, dan terhubung dengan nilai-nilai spiritual. Karena sebelum kita membentuk anak, kita harus membentuk diri kita sendiri.
"Anak tidak hanya belajar dari apa yang kita katakan, tapi dari siapa kita sebenarnya."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI