Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dua Pendekatan Ampuh Cara untuk Berhenti Merokok

7 Oktober 2021   15:50 Diperbarui: 8 Oktober 2021   20:24 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berhenti merokok. Sumber: suara.com

Entah mengapa setiap kali seseorang menyarankan kepada teman atau keluarga yang perokok agar berhenti merokok, pasti jawaban yang terlontar dari mulut adalah kata susah. 

Mungkin nikotin yang terkandung dalam rokok membuat setiap perokok menjadi candu hingga kesulitan untuk melepaskan diri dari jerat manisnya isapan rokok.

Merokok pada prinsipnya adalah sesuatu hal yang merugikan bagi kesehatan si perokok dan juga orang disekeliling perokok karena terpapar asap rokok serta merugikan dari aspek keuangan karena akan menghabiskan uang untuk membeli rokok.

Aku terkadang bingung, apa sesusah itu kah untuk berhenti merokok atau memang benar-benar susah untuk berhenti merokok secara bertahap apalagi berhenti secara total?

Mungkin kecenderungan jawabannya yang mengarah ke 100 persen benar adalah memang benar-benar susah untuk berhenti merokok secara parsial maupun secara total.

Aku pernah mendengar cerita pengalaman seorang teman yang berusaha untuk berhenti merokok. Dalam perjalanannya berhenti merokok, dia memulai untuk tidak merokok karena alasan kesehatan yang kurang baik.

Dia merasa kesehatannya sangat berharga dan dia memutuskan berhenti merokok agar kesehatannya terjaga dan lebih sehat kembali tidak ternoda nikotin yang terkandung dalam rokok.

Setahun menjalani berhenti merokok berjalan dengan penuh tantangan. Mulutnya yang komat-kamit akan godaan untuk merokok, dia tahan dengan segala benteng pertahanan yang ada padanya agar program tidak merokok berhasil dia laksanakan.

Hingga berjalan dua tahun, tiga tahun, dan sampai dengan lima tahun, niatnya untuk berhenti merokok ternyata berhasil dia lewati. Dia merasa bangga bisa melewati masa waktu 5 tahun berhenti dari yang namanya merokok.

Namun keadaan berkata lain, perjalanan selama 5 tahun jauh dari yang namanya rokok walaupun melewatinya dengan penuh tantangan dan perjuangan, akhirnya dia kembali lagi terjerembap ke dalam mudarat nikotin rokok.

Akhirnya dia kembali lagi ke habituasi atau kebiasaan merokoknya dan semuanya pun menjadi sia-sia.

Lalu saya bertanya mengapa bisa demikian?

Teman saya menjawab, bahwa dia kembali merokok karena faktor lingkungan kerja dan tingkat stres dalam pekerjaannya yang tinggi. Adanya masalah dalam pekerjaan hingga membuat dia stres berat, akhirnya membawa dia kepada rokok yang bisa menenangkan pikirannya.

Akhirnya sampai sekarang dia bertahan dengan keadaannya yang seperti semula menjadi perokok aktif dan entah bagaimana caranya dia bisa berhenti merokok lagi.

Dari cerita pengalaman teman saya, ternyata waktu selama 5 tahun sudah berhenti merokok belumlah menjadi zona nyaman bahwa kita sudah benar-benar lepas dari jerat candu nikotin rokok.

Namun apa yang dialami oleh teman saya yang sudah berhenti selama 5 tahun tidak merokok, faktor yang membuat kembali lagi ke kebiasaan merokok dialami juga oleh teman saya yang lain.

Ada teman saya yang lain, sudah berhenti merokok namun belum sampai satu tahun, sudah kembali lagi merokok. Faktor lingkungan dan stres karena masalah menjadi penyebab yang sama yang dialami oleh mereka untuk kembali lagi merokok.

Namun di sini dapat saya simpulkan bahwa, alasan kesehatan ternyata tidak cukup kuat menjadi alasan untuk seseorang perokok berhenti merokok. Sepertinya ada sesuatu alasan yang benar-benar bisa mengubah seseorang itu untuk berhenti merokok baik secara bertahap maupun secara total.

Ini Ceritaku Berhenti Merokok Selama 11 Tahun

Pada bagian ini adalah cerita pengalamanku ketika bisa berhenti merokok secara total sudah hampir 11 tahun sejak tahun 2011 bulan Januari.

Sebelum berhenti merokok, saya adalah seorang perokok aktif. Dalam satu hari saya bisa menghabiskan 1 atau 2 bungkus rokok. Mungkin jenis rokok tidak terlalu penting untuk dibahas ditulisan ini, karena apapun jenis rokoknya, tetap saja tidak mengurangi penamaannya yaitu rokok.

Saya mengakui bahwa ketika mengisap sebatang rokok, ada memang perasaan tenang dalam pikiran sesaat setelah menghisap rokok. Mungkin itu yang dinamakan faktor pengaruh dari nikotin yang terkandung dalam rokok yang bisa membuat tenang.

Dan bisa juga membuat pikiran menjadi lancar seperti pengalaman punya seorang dosen ketika memberikan pelajaran mata kuliah, kalau belum merokok, otak dan pikirannya tidak bisa nyambung. Setelah mengisap sebatang rokok Dji Sam Soe, barulah dosen saya ini lancar menerangkan pelajaran mata kuliah yang diajarkan.

Lucu memang, tapi walaupun lucu namun itulah kenyataannya.

Proses yang saya jalani ketika berhenti merokok, sebenarnya terjadi secara tiba-tiba. Teman saya adalah orang yang menjadi triger kenapa saya berhenti merokok. Di suatu siang ketika kami beristirahat makan siang di perumahan staf, kebetulan aku tinggal bersama seorang teman bersuku Toraja namanya Anton.

Saat aku sedang mengisap sebatang rokok duduk di kursi sofa ruang tamu, Anton memanggil saya dari ruang kamarnya. Dia menunjukkan sebuah artikel di layar komputernya yang sudah dia baca.

Lalu dia suruh saya baca artikelnya, dan kemudian saya pun membaca artikel tersebut sampai habis. Artikel tersebut bercerita tentang disertasi penelitian tentang kebiasaan masyarakat di Israel.

Setelah selesai membaca, ada satu kalimat yang saya garis bawahi dan saya tekankan dalam pikiran saya, dalam kalimat itu disebutkan bahwa generasi keturunan dari seorang perokok adalah generasi orang bodoh.

Kata bodoh itu begitu kuat tertanam dalam pikiranku. Pikiranku merespon dan seraya aku berkata dalam hati dan kutekankan dalam diriku bahwa aku tidak mau dikatakan bodoh dan anakku juga nantinya tidak mau dibilang bodoh karena akibat dari merokok.

Sontak setelah itu, sisa rokok dalam bungkusan sekitar 10 batang lagi masih ingat jelas di ingatan saya, lalu saya buang jauh-jauh bersama bungkusnya. Dan sejak itu, aku berkata dalam diriku bahwa aku tidak akan merokok lagi.

Dan sempat di awal-awal aku khawatir kalau nantinya hal yang sama seperti yang dialami oleh teman saya akan saya alami juga. Namun ternyata karena niat dan tekad yang bulat dalam diri, saya berhasil melewati waktu 5 tahun dan berlanjut hingga saat ini selama 11 tahun.

Dari pengalamanku di atas, aku merasa ada 2 pendekatan yang cukup efektif untuk bisa berhenti merokok.

1. Pendekatan secara alamiah (Let it Flow)

Biarlah segala sesuatu itu berjalan dengan sendirinya seperti air mengalir. 

Biar lah segala yang baik terjadi atau sesuatu tujuan mulia bisa tercapai dan terwujud secara alamiah karena ada satu trigger yang membuat kita bisa berhenti merokok seperti misalnya karena faktor teman yang seperti malaikat penolong bagi diriku yang mengingatkanku melalui sebuah artikel di internet hingga berhasil mengsugesti pikiranku agar berhenti merokok secara total.

2. Pendekatan Secara Kerohanian dan Keimanan

Segala sesuatu tujuan apabila kita dasarkan kepada rohani dan keimanan kita sangat efektif untuk dicapai. 

Artinya niat untuk berhenti merokok didasarkan kepada prinsip bahwa merokok itu tidaklah baik dan secara agama mungkin dilarang untuk dilakukan. 

Analoginya adalah tubuh kita ini adalah bait Allah yang harus dijaga kebersihan dan kesuciannya. Ketika kita merokok, itu sama saja kita sudah menodai tubuh kita jauh dari kata bersih.

Bagi kalian yang ingin berhenti merokok, semoga bisa membantu menemukan alasan dan formula untuk bisa melepaskan diri dari jerat candu rokok.

Selamat mencoba

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun