Supaya terlihat wah oleh orang lain, sering sekali menjadi alasan mengapa menjadi diri sendiri itu sulit untuk dilakukan. Bahkan ada hal yang paling ekstrim ketika dalam pekerjaan seseorang rela menjual agamanya demi sebuah jabatan yang lebih tinggi dan itu jamak terjadi dalam kehidupan manusia dewasa ini.
Lalu bagaimana dengan diri kita sendiri?
Tidak menutup kemungkinan, hal yang sama akan memiliki potensi yang sangat besar untuk bisa terjadi dalam diri kita.
Ketika kita tidak bisa menjadi diri sendiri dalam pekerjaan seperti menjual agama demi sebuah jabatan, melakukan perbuatan yang menyimpang untuk memperkaya diri atau bahkan hanya sekadar ikut arus budaya di lingkunga kerjanya.Â
Namun harus kita akui bahwa sulitnya menjadi diri sendiri dalam sebuah kehidupan sosial adalah kita akan sulit diterima ketika kita tidak ikut kepada arus yang lebih mayoritas hingga pada akhirnya kita akan dikucilkan dari lingkaran pertemanan.Â
Tentu tidak ada seorangpun rela apabila merasa dikucilkan atau bahkan seperti terasing dalam hubungan sosial dengan manusia lainnya, tidak ada yang mau berteman dengan kita.Â
Daripada dikucilkan atau tidak ditemani oleh orang lain, maka lebih baik untuk tidak menjadi diri sendiri dan ikut arus yang mayoritas tidak peduli baik dan buruk konsekuensi yang diterima.
Setelah terjerambap ke dalam arus yang mayoritas pada akhirnya akan mengikis sifat keaslian dari karakter kita yang sesungguhnya.Â
Kita akan menjadi manusia dengan karakter yang baru hasil dari pergaulan yang mengikuti arus yang mayoritas tadi.Â
Makanya tidak heran ada orang yang dulunya baik, ketika jatuh ke dalam arus mayoritas tiba-tiba menjadi pribadi dengan citra negatif.Â