Mohon tunggu...
Hery Supriyanto
Hery Supriyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga net

Liberté, égalité, fraternité ││Sapere aude ││ Iqro' bismirobbikalladzi kholaq ││www.herysupri.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Penginapan Non Hotel Siap Berbenah Menyambut Tamu di Kota Malang

3 Juli 2019   10:57 Diperbarui: 3 Juli 2019   10:59 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tari Gading Alit yang berasal dari Kota Malang tampil dalam pembukaan pelatihan. (Dok. pribadi)

Kota Malang sejak masa kolonial sudah dikonsep sebagai daerah peristirahatan. Selain udaranya yang sejuk, keindahan alam, dan budayanya cukup mendukung. Sampai saat ini pun perkembangan tempat peristirahatan begitu pesat. Mulai dari hotel berbintang, guest house, home stay, sampai dengan kos-kosan.

Kondisi Kota Malang begitu mendukung --yang sudah lama- disebut kota pendidikan, dengan ratusan kampusnya. Maka keberadaan ribuan mahasiswa dari penjuru daerah mampu menyemarakkan usaha penginapan. Terlebih lagi Kota Malang dikenal pula sebagai destinasi wisata andalan di Jawa Timur.

Melihat kondisi tersebut maka pertumbuhan usaha penginapan di kota Malang berkembang pesat. Tidak saja hotel, demikian pula dengan non hotel seperti guest house dan home stay. Beberapa rumah ataupun ruko bisa dijadikan tempat penginapan. Namun tak bisa dipungkiri, terjun di dunia penginapan ada yang sekedar coba-coba dan tak sedikit pula yang direncanakan dengan matang.

Melihat banyaknya penginapan non hotel yang dikelola oleh warga tersebut membuat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang mengadakan Pelatihan Management Home Stay/ Pondok Wisata/ Rumah Wisata yang berlangsung 25-27 Juni lalu. Acara bertempat di Hotel Grand Palace Malang, dengan pembicara dari pelaku usaha, akademisi, dan pemerintah.

Acara pelatihan ini diikuti sekitar 40 peserta yang terdiri dari para pemilik, pengelola penginapan, serta komunitas terkait bidang kepariwisataan. Pelatihan tidak hanya menambah wawasan tentang bagaimana mengelola penginapan itu dengan baik dan profesional. Di samping itu bagaimana menangkap peluang yang ada, terutama para tamu yang nantinya akan menginap.

Menurut Agung Hajaya Buana selaku Kepala Seksi Disbudpar Kota Malang memaparkan dihadapan peserta bahwa Kota Malang banyak memerlukan kamar untuk tempat menginap. Ia mencontohkan bahwa banyak kegiatan kampus berlangsung secara berkala. Mulai dari kegiatan wisuda, seminar, ataupun ujian masuk perguruan tinggi.

Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah (kota, propinsi, pusat) dalam rangka rapat kerja, pekan seni, ataupun oleh raga kerap kali diadakan di Kota Malang. Dan tidak ketinggalan pula acara dari organisasai massa (ormas) yang kadang datang dengan puluhan ribu anggotanya.

Belum lagi beberapa acara yang sifatnya informal, seperti acara nikahan, pengantaran peserta haji, reuni, dan acara lainnya yang melibatkan banyak orang. Agung pun menekankan bahwa bila ada even besar, hotel pun tidak sanggup menampungnya. Maka sebagai jalan keluarnya adalah melimpahkan kepada penginapan seperti guest house ataupun home stay. Maka untuk itu ia menekankan kepada para peserta agar meningkatkan pelayanan pada penginapan yang dikelolanya, agar para tamu bisa terlayani dengan maksimal.

Para pengunjung wisatawan mancanegara di Jawa Timur. Sumber presentasi Dwi Cahyono (PHRI)
Para pengunjung wisatawan mancanegara di Jawa Timur. Sumber presentasi Dwi Cahyono (PHRI)
Uneg-uneg yang tersampaikan

Dalam acara yang berlangsung selama tiga hari ini ternyata di lapangan ada beberapa uneg-uneg yang dialami oleh para pengelola penginapan. Mereka saling mengemukakan masalah yang terjadi. Uneg-uneg ini bukanlah suatu keluhan, tetapi lebih upaya untuk memperbaiki diri dan mencari solusi. Baik itu berupa teknis, kebijakan, ataupun hubungan antar pengelola penginapan itu sendiri.

Beberapa permasalahan yang dikemukakan adalah seperti pungutan pajak yang dibebankan yang dirasa cukup besar, dengan disamakan pajak hotel. Bagi pengelola penginapan kecil dan baru tentu memberatkan. Bukan berarti hendak mengesampingkan pajak, hanya saja bagaimana nominalnya tidak terlalu tinggi.

Permasalahan yang lain adalah hadirnya manajemen penginapan dari korporasi besar yang tidak mempunyai izin dari pihak terkait. Selain itu dengan pemberian diskon yang begitu besar membuat persaingan dengan penginapan yang sudah lama eksis menjadi tak berimbang.

Bagi para pendatang baru diusaha penginapan juga ada kesulitan dalam menentukan harga yang pas dipasaran sesuai, jika disesuaikan dengan kualitas dan fasilitas. Intinya perlu adanya bimbingan manajemen untuk bisa mengatur kas keuangan, sehingga usaha bisa menghasilkan atau setidaknya tidak sampai minus.

Home Stay merupakan program prioritas pemerintah pusat. Sumber presentasi Ratna (IHGM)
Home Stay merupakan program prioritas pemerintah pusat. Sumber presentasi Ratna (IHGM)
Saling sinergi dengan hotel

Hal yang cukup menggembirakan dalam acara ini adalah pihak hotel tidak merasa tersaingi dengan keberadaan guest house dan home stay ini. Kesadaran mempunyai potensi masing-masing menjadikan penginapan non hotel menjadi mitra. Yang masing-masing mempunyai pangsa sendiri, yang tidak saling mematikan.

Hal ini bisa terlihat dari dukungan Ratna GM Hotel Aria Gajayana selaku salah satu pemateri yang bersedia membimbing para pelaku usaha home stay dan guest house untuk memajukan usahanya. Seperti dukungan berupa kesediaannya untuk membimbing pembuatan standard operational procedure (SOP) bagi pengelola penginapan.

Ratna juga  menekankan agar menyiapkan rumah yang apik, bersih dan menarik. Seorang "host" harus memiliki kesiapan melayani yang prima. "Hospitality" sangat menentukan kesuksesan seorang tuan rumah, yang hal semacam itu tidak perlu biaya mahal.

Dukungan juga diberikan pembicara lainnya M. Iskandar Sjah selaku Hotel Manager Pelangi Heritage Hotel Malang, yang banyak memberikan pengalamannya selama mengelola hotel.  Beberapa kiat yang ia berikan untuk meningkatkan okupansi di antaranya adalah menawarkan pengalaman unik kepada tamu, aktif di medsos, sampai pada pelayanan maksimal layaknya keluarga.

Malang bermartabat di masa depan. Sumber Persentasi Ida Ayu (Dispudpar Kota Malang)
Malang bermartabat di masa depan. Sumber Persentasi Ida Ayu (Dispudpar Kota Malang)
Bersama menyongsong dunia wisata Kota Malang yang cerah

Dari pihak pemerintah kota Ida Ayu Made Wahyuni selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang menyatakan bahwa pemkot Malang menaruh perhatian terhadap sektor pariwisata. Karena hal ini dipandang selaras dengan karakteristik kota yang salah satu sektor ekonomi modern mampu menyerap tenaga kerja yang besar.

Peningkatan kunjungan wisatawan akan terus ditingkatkan dengan terus mengadakan even yang dilakukan secara berkala. Selain itu akan terus digiatkan promosi destinasi wisata kota yang menjadi andalan seperti kampung tematik, museum, taman kota, serta wisata belanja.

Agar dunia penginapan baik hotel ataupun non hotel dapat berjalan dengan baik, Dwi Cahyono selaku ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Kota Malang memaparkan bahwa dalam membuat usaha penginapan agar dipersiapkan dengan baik. Perizinan pun perlu diperhatikan terutama yang berkaitan dengan lingkungan. Serta perlu dipersiapkan segmentasi siapa yang akan menjadi tamunya. 

Tujuannya menurut Dwi agar bisnis penginapan yang dikelolanya bisa prospek dikemudian hari. Dan bila ada pengembangan lebih lanjut tidak akan mengalami kesulitan yang berarti. Ia juga menekankan agar perizinan pendirian hotel atau penginapan yang lain bisa diatur. Bila suatu daerah sudah dirasa cukup jumahnya, maka pengembangan bisa di arahkan kepada daerah lainnya.

Ada yang patut diacungi jempol bahwa pelatihan ini membawa hal yang sangat bermanfaat. Pada hari kedua para peserta bersepakat untuk membentuk perkumpuan mengikuti "kakaknya" PHRI dengan membentuk Perhimpunan Home Stay Indonesia (Perhomi).

Diharapkan dengan adanya wadah ini segala permasalahan yang ada bisa dipecahkan secara bersama. Di samping itu diupayakan untuk lebih mengutamakan kolaborasi dari pada kompetisi. "Perang harga" pun akan dihindarkan dan lebih mengarah pada "perang pelayanan". Dan nantinya untuk bisa maju bersama, para pengelola akan berbagi informasi untuk ketersediaan kamar. Bagi yang sudah penuh kamarnya bisa memberikan "limpahan" kepada yang lain.

Dengan adanya pelatihan ini dan dukungan semua pihak, diharapkan Kota Malang dengan segala fasilitas sarana dan prasarana akan siap melayani kehadiran pengunjung. Jika semua dikelola dengan baik sinergi, semua pihak akan merasakan manfaatnya. Termasuk pula warga Malang pun akan menikmati "keberkahan" (baca: peningkatan ekonomi) baik secara langsung ataupun tidak.  

Foto bersama para peserta pelatihan. (Dok. Joko MS)
Foto bersama para peserta pelatihan. (Dok. Joko MS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun