Dalam hal ini, Anies lupa bahwa dirinya masih punya pekerjaan rumah sangat besar yakni memperoleh rekomendasi partai atau koalisi partai. Anies sebenarnya belum layak mengeklaim sebagai capres atau bahkan orang yang siap melengserkan dan mengganti Jokowi.
Penulis  menolak anggapan jika  jika yang dilakukan oleh Anies melakukan safari politik adalah menjual Anies dan  menaikkan elektabilitas agar menarik perhatian partai lain.Â
Namun dalam kenyataan ,hanya Nasdem yang dirasakan paling untung dalam setiap "Road Show "politik Anies. Partai lain tidak merasa diuntungkan, mengapa harus bergabung.
Jadi, kesimpulannya Anies menempuh jalan tidak tepat untuk melakukan kampanye langsung  dirinya sebagai capres di muka publik. Anies justru banyak melakukan resistensi dan provokasi yang justru tidak produktif bagi Anies dan partai Nasdem .
 Baiknya langkah awal Anies dan Nasdem menyelesaikan masalah internal berkaiatan koalisi partai dengan partai lainnya.
Legal formal syarat pencapresan sesuai Pasal 222  UU Pemilu No. 7 Tahun 2017 harus diselesaikan  dulu.  Dan kiranya koalisi parpol sudah terbentuk ,baru melangkah politik berikutnya. Â
Karier politik Anies harus terlebih dahulu dieksekusi dilakukan  elite partai bukan di pidato di lapangan atau auditorium yang dipadati  simpatisannya. Anies harus bisa memilih dan membedakan  kualitas dan kuantitas untuk mendukung proses pencapresannya menuju kursi Presiden  2024.
Sementara hentikan safari Politiknya, Sekali lagi Anies salah melangkah, terputuslah cita- cita Anies untuk gantikan presiden .