Nama asli seniman perupa yang juga sering terlibat dalam kegiatan sastra adalah Bartimeus Yayan Prasetyo. Meskipun begitu, ia lebih dikenal dengan panggilan akrab Meuz Prast. Perupa ini tinggal di Ambarketawang, Gamping, Yogyakarta, produktif berkarya,  sering melakukan pameran  bersama maupun pameran tunggal. Sesekali ia juga melukis untuk sampul buku dan membuat ilustrasi bagi cerpen-cerpen Kompas.
Awal tahun 2025, lelaki yang selalu berpenampilan trendy itu menggelar pameran gambar "Figur dan Situs" bersama Kris Budiman, Tumariyanto, dan Sriyadi Srinthil, bertempat di Rumaharihari Cari Nagari, Gang Nakulo, Kembaran, Tirtonirmolo, Kasihan n Bantul.
Pameran  memajang enam puluh gambar hitam putih, di antaranya gambar berjudul  Hawa Merenung di Samping Batu, Anta Boga dan Hawa karya Meuz Prast.
Sebelumnya, pada September 2024, lolos mengikuti pameran ilustrasi hasil lokakarya Baparekraf Digital Inivation lab 2024 dengan tajuk "Kota Baru, Cerita Baru" di Bentara Budaya Jakarta.
Kali ini dalam rangka Selikuran dan Peringatan Nuzulul Quran Kebun Makna dengan tema besar "Tumuruning Kodrat, Mulyaning Drajat", Meuz Prast berkolaborasi dengan Taman Baca Kebun Makna mengadakan pameran tunggal "Situs-Situs Kecil".
Salah satu founder Kebun Makna, Rekki Zakia, menuliskan dalam Instagram bahwa pameran ini merupakan bentuk atau simbol penghormatan atas malam selikuran ramadhan yang sakral dalam tradisi Islam Jawa.Â
"Candi-candi seperti Wukir, Mendut, Ngawen, dan lain-lain, selama ini, digambarkan lewat karya seni rupa secara gigih  oleh  Meuz Prast dengan bekal utama semangat kepedulian untuk merawat ingatan dan memori puncak kebudayaan," papar Rekki.
Dua puluh satu (selikur) lukisan drawing, antara lain Candi Ngawen, Candi Gunung Wukir, Arca Sambirejo,  Naga Pertala Tlogo Pakis, Serpihan Stupa Ledok Tinjan, Eyes of Budha, dan Makara Candi Sengi, dipamerkan di  Taman Baca dan Kedai Kopi Taman Makna, Jalan Trayem, Karang Sanggrahan, Ngluwar, Magelang. Pameran berlangsung sepuluh hari, 20-30 Maret 2025.
Ia mendapatkan kepuasaan tersendiri ketika menelusuri situs-situs sebagai jejak peradaban. Dalam hal rasa, tempat keberadaan situs itu memiliki energi besar yang membuat nyaman, tenang, dan begitu damai.