Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Tantangan Lomba Baca Puisi Lewat Video

19 Mei 2023   21:39 Diperbarui: 20 Mei 2023   06:51 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca puisi di tempat umum/Foto: Hermard

Ekspresi sastra bisa dipilah dalam penulisan maupun pembacaan sastra (puisi, cerita pendek, dan lain sebagainya). Terkadang ada pula yang menambahkan dengan melagukan puisi (musikalisasi puisi). Baik pembacaan dan penulisan puisi sama-sama masuk kedalam ranah seni. Pembacaan puisi merupakan seni pengucapan (spreekunzt), sedangkan menulis puisi merupakan seni memilih kata (diksi). 

Pembacaan puisi bisa dilakukan dalam rangka lomba (mem-)baca puisi atau pementasan di tempat tertentu (kafe, gedung pertunjukan/ kesenian, halaman kantor DPR/MPR, dan tempat lainnya). 

Pembacaan puisi di gedung kesenian/tempat umum tidak  terikat pada aturan tertentu. Pembaca bisa memanfaatkan pengeras suara/mikropon agar suaranya (bunyi-bunyi) terdengar jelas ke segala penjuru. Pembaca bahkan dituntut dapat berubah  menjadi seorang aktor yang mampu memanfaatkan lighting, blocking, make up, musik, tata panggung, tata suara sebagai bagian yang menunjang penampilan saat membaca puisi di atas panggung.

Latihan membaca puisi/Foto: Hermard
Latihan membaca puisi/Foto: Hermard
Pembacaan puisi dalam rangka lomba baca puisi dilakukan dengan hati-hati karena harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan panitia penyelenggara. Tidak bisa bebas seperti pembacaan puisi di tempat umum. 

Lazimnya persyaratan yang biasa diberlakukan berkenaan dengan kriteria penilaian: interpretasi, vokalisasi, dan ekspresi/penghayatan. Hal lain menyangkut larangan dalam lomba, misalnya peserta dalam membaca puisi tidak boleh menggunakan mikropon/pelantang suara, tidak diizinkan diiringi alat musik, tidak diperkenankan ada back sound, tidak perlu memperkenalkan diri. 

Untuk memperjelas peraturan lomba,  panitia mengadakan pertemuan teknis antara peserta dan panitia demi mendapatkan kesepahaman dan kelancaran pelaksanaan lomba.

Tetapi sejak pandemi covid 19 melanda Indonesia, kondisi ini  mengubah tata cara kehidupan, termasuk dalam pelaksanaan lomba baca puisi. Bahkan sampai hari ini pun, saat tidak ada lagi pembatasan kegiatan masyarakat, lomba baca puisi acapkali dilakukan secara daring (online) dengan cara mengirimkan video pembacaan puisi.

Dua tiga kali, saya sempat diundang sebagai juri lomba pembacaan puisi se-Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah yang diadakan oleh salah satu sekolah SMA di Yogyakarta. Dalam lomba secara online, dewan juri menilai kemampuan pembaca lewat video yang dikirimkan.

Jujur, saya meyakini bahwa lomba baca puisi secara daring memiliki tantangan baru karena ada proses alih media/alih wahana (transformasi) dari pembacaan langsung ke dalam bentuk video dengan segenap risikonya. 

Kalau semula (sebelum pandemi covid 19) peserta datang ke acara lomba dan membaca puisi langsung di hadapan dewan juri, sehingga juri bisa  menilai kemampuan pembaca secara natural, seketika; maka saat pandemi, bahkan sampai saat ini, kedatangan peserta lomba hanya diwakili oleh video pembacaannya. Tidak ada interaksi langsung dengan dewan juri.  Terkadang terjadi kesulitan penilaian berkaitan dengan vokalisasi, terutama jika kualitas audio kurang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun