Mohon tunggu...
Herry Dim
Herry Dim Mohon Tunggu... Seniman - Pekerja seni, penulis seni/kebudayaan, dan lingkungan hidup

Pekerja seni, lukis, drama, tata panggung teater, menciptakan wayang motekar. Pernah menulis di berbagai media serta berupa buku, aktif juga dalam gerakan-gerakan lingkungan hidup dan pertanian. Kini menjadi bagian dari organisasi Odesa Indonesia, dan sedang belajar lagi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Empat Pelukis Mencari Kebenaran

11 Desember 2021   11:28 Diperbarui: 11 Desember 2021   11:41 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa maksud pandangan terbatas itu?" Tanya Pemuda 2 kian penasaran.

"Manusia itu hanya punya kemampuan melihat dari satu sudut pandang. Memang ada kemungkinan pandangannya itu melebar atau tambah luas sesuai perkembangan ilmu dan pengetahuan yang bisa mereka raih, tapi sebanyak apapun pengetahuan yang dimilikinya tetap lah ia takakan pernah mampu melihat kebenaran secara menyeluruh," ujar Jawinul.

"Saya sudah mulai bisa menangkap, jadi kebenaran itu sendiri sesungguhnya tunggal atau hanya satu tapi karena keterbatasan pandang manusia maka jumlahnya menjadi banyak?" Tanya Pemuda 1.

"Ya, kebenaran illahiyah itu tunggal, sementara kebenaran manusia itu bersifat jamak," tegas Jawinul.

"Berilah kami gambaran tentang kebenaran yang tunggal dan yang bersifat jamak itu," lanjut Pemuda 2.

"Maukah kalian mendengarkan sebuah cerita?" Tanya Jawinul yang dijawab anggukan oleh kedua anak muda itu.

"Baiklah," lanjut Jawinul, "saya sendiri sudah lupa sumber ceritanya kecuali isi ceritanya yang berkisah tentang empat orang pelukis kerajaan yang berseteru tentang kebenaran lukisannya."

Kemudian Jawinul pun berceritalah.

**

ALKISAH adalah seorang raja di negeri antah-berantah, sebut saja bernama Raja Galur dan kerajaannya bernama Caraka Galur. Raja yang bijak ini gemar sekali menjalin persahabatan dengan kerajaan tetangga atau pun dengan raja-raja lain nun jauh di sana. Di antara mereka senantiasa saling menjaga hubungan dengan cara saling mengunjungi. Setiap kunjungan selalu ditandai dengan pemberian cendera mata dari pihak yang datang kepada sang tuan rumah. Meski tidak diikat oleh perjanjian tertulis, para raja yang bersahabat ini senantiasa saling memberi cendera mata berupa benda atau barang yang paling disayanginya. Indahnya lagi persahabatan ini manakala memilih atau menentukan cendera mata yang dianggap disayangi tersebut, ternyata ukuran "sayang" itu tidak ditentukan apakah harus emas, permata, atau berlian melainkan betul-betul atas dasar rasa sayang sehingga bisa saja berupa canglong, kursi, tongkat atau benda-benda biasa lainnya.

Demikianlah tradisi mereka untuk saling menjaga kekerabatan dan kehormatan masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun