Mohon tunggu...
Heronimus Bani
Heronimus Bani Mohon Tunggu... Guru

Menulis seturut kenikmatan rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bnetes dalam Budaya Masyarakat Adat Pah Amarasi

1 Juni 2025   11:43 Diperbarui: 1 Juni 2025   11:43 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tae bnetes/saot oko'; menghimpun/menghimpun uang dari keluarga besar; foto : Ansel Bani

Pengantar

Masyarakat adat Pah Amarasi punya pengetahuan lokal yang dilestarikan sambil mengadaptasikan dengan perkembangan zaman. Ada yang masih terlihat dengan penyesuaian, dan ada pula yang sudah hilang. Berikut saya tempatkan beberapa contoh:

  • Haef ~ Utusan. Seseorang yang diutus dari satu keluarga atau komunitas untuk membawa kabar (hanaf, beno) kepada keluarga/komunitas berikutnya disebut haef. Dalam budaya Pah Amarasi, orang mengenal istilah noon reko-noon re'uf, artinya  hal sukacita - hal dukacita. Dalam dua hal yang demikian itu kabar perlu sampai kepada keluarga di sekitar terutama yang berada di luar kampung. Pada masa lampau, seseorang yang ditunjuk menjadi haef ~ utusan wajib hukumnya untuk pergi tanpa alasan. Ia harus/wajib sampai pada alamat yang dituju dengan berkaki atau berkuda, tanpa anggaran/dana/biaya transportasi. Ia harus pergi dan pulang membawa pemberitahuan bahwa mereka yang dituju telah menerima kabar dan bersiap untuk hadir dalam acara (noon reko atau noon re'uf). Dewasa ini, haef telah direduksi hanya untuk berita dukacita. Simbol dukacita ditunjukkan dengan menempatkan po'uk ~ selendang tenunan ukuran kecil di leher atau bahu. Haef butuh anggaran/dana/biaya transportasi, dan  membawa catatan perjalanan. Seringkali haef tidak pergi dengan sejumlah alasan, misalnya; cukup telepon saja karena sudah ada di zaman teknologi modern, cukup dengan berkabar di media sosial (FB,WA,TikTok, dll). Di beberapa tempat orang mulai mengirim kabar dukacita dengan menggunakan undangan. Rasanya sudah bias pikir atau entahlah... . Pada sisi ini, budaya haef telah mengalami adaptasi yang sekaligus mendegradasi makna kabar (hanaf, beno).
  • To'is, benda yang satu ini terbuat dari tanduk kerbau atau tanduk sapi jantan. Beberapa tempat di Pah Amarasi orang memanfaatkannya sebagai alat panggil untuk ibadah.
  • Sfuut ~ perlengkapan berburu. Satu jenis perlengkapan berburu yang berfungsi ganda menjadi senjata perang bila perang suku. Terbuat dari bambu yang disambung sehingga namanya menjadi sfuu-taru'.  "peluru"nya berupa anak panah yang ditempatkan ke dalam ruang hampa udara sfuu-taru', kemudian dengan menggunakan napas/tiupan untuk membidik sasaran. Benda ini telah tiada.

Sfuu-taru'; Sumber: https://www.orangutan.or.id/
Sfuu-taru'; Sumber: https://www.orangutan.or.id/
  • Kreot ~ jerat. Perlengkapan yang satu ini terkategori sebagai perlengkapan berburu. Tujuannya untuk menjerat binatang buruan. Fungsinya dalam perang suku untuk menjerat musuh.
  • Kraot ~ panah. Busur-panah telah lama tiada. Selain sebagai perlengkapan berburu, juga sebagai senjata perang.

Satu yang kelihatannya masih bertahan walau mengalami penyesuaian yakni bnetes. 

Tae Bnetes sebagai Wadah Persekutuan Keluarga

Masyarakat adat Pah Amarasi dalam komunitas-komunitas mengenal istilah tae bnetes. Sebutan lain untuk hal yang satu ini yakni: tae oko' dan saot oko'. Peristilahan berbeda dengan maksud yang sama yaitu, berkumpul untuk mendengar dan melihat persiapan material seorang pemuda (calon pengantin adat laki-laki) dalam rangka mengurus pernikahannya (secara adat, dan ikutannya). Sesudah anggota keluarga (jauh-dekat) mendengar dan melihat, mereka "wajib" mengulurkan tangan untuk menambah/menambal yang sudah disediakan sehingga akan tercukupkan pada proses yang akan berlangsung hingga mencapai puncaknya.

Saya pernah menulis di sini

Format nyata dari tae bnetes yaitu tersedianya sejumlah uang (nominal) yang disiapkan oleh seorang pemuda. Persiapan itu akan ditambahkan olen keluarga inti/batih, keluarga dekat hingga keluarga jauh dan para kenalan. Sejumlah uang itulah yang disebut bnetes ~ langkah penyeberangan. Secara metafor, bnetes itu maknanya seperti jembatan penyeberangan di mana orang harus menyeberang secara berhati-hati agar tidak jatuh. Nah, agar tidak jatuh maka jembatan itu harus ditambahkan kepadanya sesuatu yang membuatnya makin lebar sehingga banyak orang dapat menyeberang di sana. 

Satu tulisan saya dapat dibaca di sini

Maka, tidak heran bila suatu urusan pernikahan/perkawinan di mana terlihat banyak orang menghadirinya, mereka bagai sedang dan sudah tiba di seberang. Mengapa mereka sedang dan sudah tiba di seberang? Karena mereka telah menambah kekuatan pada jembatan yang semula (mungkin hanya) sesuatu bentuk kecil/sempit, dilebarkan dan dikuatkan agar banyak orang dapat melewatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun