Mohon tunggu...
Hernadi Faturachman
Hernadi Faturachman Mohon Tunggu... -

Seorang pecinta sepak bola yang percaya Indonesia akan tampil di World Cup walaupun tidak yakin itu kapan

Selanjutnya

Tutup

Bola

Stadion Olimpico yang Selalu Spesial untuk Liverpool

3 Mei 2018   22:57 Diperbarui: 3 Mei 2018   23:26 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
indonesia.liverpoolfc.com

Gol pinalti Radja Nainggolan di akhir injury time babak kedua menjadi akhir perlawanan sengit AS Roma kepada Liverpool di stadion Olimpico. Kemenangan 4-2 AS Roma menjadi sia-sia karena tim ibukota kalah aggregate 7-6 dari tim tempat band legendaris The Beattles berasal. Kemenangan di semifinal ini sekaligus menjadi final UCL pertama Jurgen Klopp dengan Liverpool dan kedua setelah kalah di tahun 2013 oleh Bayern Munich saat menukangi Borussia Dortmund. Di balik itu semua ternyata stadion Olimpico Roma kembali menjadi tempat yang sangat bersahabat bagi klub dari kota pelabuhan di Inggris Raya tersebut.

Stadion Olimpico Roma memang selalu menjadi tempat yang spesial bagi Liverpool. Stadion Olimpico menjadi saksi dimana Liverpool membuka keran juara UCL pertama dari 5 gelar UCL mereka sejauh ini di tahun 1977. Tahun dimana Liverpool menasbihkan diri sebagai raja eropa setelah sebelumnya memenangkan UEFA Cup (sekarang Europa League) setahun sebelumnya.

Bob Paisley, pelatih tersukses Liverpool sepanjang sejarah, memimpin tim dengan kemenangan meyakinkan dengan skor 3-1 melawan Borussia Monchengladbach yang saat itu salah satu tim terbaik Jerman. Liverpool yang saat itu digawangi pemain-pemain seperti Kevin Keegan, Terry McDermott, Steve Heighway, dkk berhasil membawa pulang trofi the big ear pertama ke kota pelabuhan.

Kejadian yang baru terjadi dini hari tadi seakan menjadi dejavu atas apa yang terjadi di tahun 1984. Liverpool bertemu tuan rumah AS Roma di final dan pertandingan pun dengan berjalan ketat. Il Giallorosso yang didukung puluhan ribu suporternya dan bermain lebih dominan harus mengakui kehebatan Liverpool yang saat itu dilatih oleh Joe Fagan dan ditahun yang sama Liverpool berhasil meraih treble pertamanya.

Liverpool berhasil mendapatkan the big ear ketiga setalah melalui drama adu pinalti 4-2 setelah sebelumnya sama kuat 1-1 selama 120 menit. Alan Kennedy kembali menjadi penentu kemenangan setelah tendangannya berhasil mengecoh kiper AS Roma, Franco Tancredi. Saat itu Liverpool digawangi pemain-pemain seperti Ian Rush, Alan Kennedy, Graeme Souness, dan sang raja Anfield King Kenny Dalglish.

Di final yang akan diselenggarakan pada 26 Mei 2018, The Kop akan bertemu dengan juara bertahan Real Madrid yang sukses menyingkirkan Bayern Munich. Laga ulangan final UCL 1981 dimana saat itu Liverpool menang atas Los Galacticos dengan skor 1-0, gol tunggal Alan Kennedy berhasil membuat The Kop merengkuh trofi UCL untuk ketiga kalinya.

Kota Kiev yang akan menjadi tuan rumah partai final nanti akan menjadi saksi apakah Real Madrid kembali menjadi juara untuk ketiga kali berturut-turut dan menambah koleksi titel UCL menjadi 13 atau akan ada juara baru di tahun 2018 ini. Kalau Saya sih jelas pasti mendukung The Reds Liverpool. Semoga Kiev bisa menjadi seperti Roma, Paris, London yaitu tempat yang memorable bagi semua pemain sampai seluruh suporter The Reds di seluru semesta dan menjadi saksi gelar UCL keenam bagi pasukan Juergen Klopp tersebut.

#2018GantiJuaraUCL

 

Hernadi Faturachman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun