Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Parkir....

16 Oktober 2023   14:15 Diperbarui: 16 Oktober 2023   14:18 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada saja yang membuat kening penulis mendadak berkerut dengan setengah hati dan ingin tertawa membaca interaksi antar anggota group  WhatsApp penghuni perumahan dimana penulis tinggal. Tepatnya di hari Minggu kemarin. Penasaran ? Mari kita ikuti berita selanjutnya.

Ini tentang masalah parkir mobil yang erat kaitannya dengan anggah ungguh, tepa slira dan entah apapun namanya. Bukan seperti biasa yang diributkan di media sosial kaitan dengan masalah perparkiran yang menutup akses jalan masuk dalam lingkup perumahan ataupun pertokoan. Ini adalah kisah nyata yang bikin tidak habis pikir.

Jadi pagi-pagi si pemilik rumah, sebut saja Bapak A dibuat kaget. Karena di carport rumahnya yang kosong, sudah bertengger sebuah mobil yang sudah duduk dengan manisnya, entah milik siapa. 

Bapak A ini memiliki dua buah rumah. Satu yang ditempati bersama keluarga, dan yang satu lagi baru selesai dibangun. Jadi masih dalam keadaan kosong, karena rencananya mau dijual sebagai investasi.

pixabay.com
pixabay.com


Persoalan mobil siapa yang bertengger tanpa ada kata permisi ataupun numpang duduk dari si pemilik mobil, ini yang menjadi Minggu pagi di dunia per WhatsApp-an di perumahan penulis menjadi gaduh. Sampai sampai akhirnya Ketua er te mencoba mencari tahu siapa pemilik mobil misterius ini. Memang kalau tidak memiliki kesabaran tingkat tinggi, kasus seperti bisa membuat darah mendidih. Betapa tidak ?

Tidak berselang lama, si pemilik mobil minta maaf dan mengakui kesalahannya. Dan berjanji akan segera menarik mobilnya dari rumah yang sudah diinapnya semalaman. 

Apakah berhenti sampai di situ, karena hari sudah siang ? Entahlah. Tetapi kasus ini akhirnya menjadi pergunjingan sesama tetangga, saat ngopi bareng ataupun lewat WhatsApp di belakang layar.

pixabay.com
pixabay.com

Buat penulis, ini sungguh menggelikan dan sekaligus bikin dahi berkerut. Apa pasal ? Bisa dibayangkan oleh pembaca. Si pemilik mobil ini punya enam buah mobil. Yang dua diparkir di carport depan rumah, yang dua terparkir di samping halaman rumah, dan yang dua lagi parkir di tepi jalan depan rumahnya. Bisa ditebak kalau rumahnya bukanlah yang type dua satu atau tiga enam, bukan ?

Menurut penuturan si pemilik mobil, saat itu, tepatnya hari Sabtu sore, beliau sedang beberes dan bersih-bersih rumahnya. Itu yang membuat si pemilik mobil ini memarkirkan sebuah mobil di rumah tetangga yang dia anggap kosong. 

Padahal dari kacamata penulis, kalau enam mobil diparkirkan di sepanjang jalan samping rumahnya, sudahlah cukup. Karena rumahnya di sudut perumahan, dan depannya adalah jalan bebas, tanpa ada rumah di depannya.

pixabay.com
pixabay.com

Yang menjadi tanda tanya adalah, mengapa mesti jauh-jauh menidurkan sebuah mobilnya, di rumah tetangga yang kosong. Padahal jarak antara si pemilik mobil dengan rumah si Bapak A kurang lebih ada sekitar tiga ratus meteran atau berselisih dengan enam pemilik rumah yang lain. Ini yang menjadi tangan rasanya pengin ngelus dada sambil menahan napas sejenak.

Menjadi penghuni rumah dimana saja, entah di komplek perumahan atau tinggal di lingkungan warga biasa, ternyata tidak mudah.  Dalam pergaulan seringkali disorot oleh lingkungan bahwa orang dengan bentuk apapun, apa itu gemuk apa itu kurus, haruslah bersikap baik. Bukan juga pemarah tetapi diharapkan menjadi manusia yang murah hati juga jujur. Ini sesuatu yang sulit dilakukan di tengah keramaian kehidupan yang majemuk. 

Kalaupun terjadi seperti halnya kejadian di atas, seringkali malah dapat kesan sebaliknya. Dalam artian, kalau kita tidak beraksi, maka akan dianggap sebagai mahluk Sang Khalik yang lemah, yang harus diam saja bila diperlakukan tidak baik. Apapun bentuk intervensinya yang sedang dialami.

pixabay.com
pixabay.com

Memang sejatinya benar apa yang kita seringkali pernah dengar. Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, lakukanlah apa yg baik bagi semua orang. 

Rasanya itu menjadi bekal untuk melangkah hari lepas hari di tengah suhu yang makin panas dan di dalam koridor keiamnan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tentu saja tidak juga berharap, dan berkata biarkan saja, lama-lama nanti kan mati sendiri ? Bukan begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun