Harus fokus belajar satu peralatan musik dahulu hingga expert. Jangan setengah-setengah, nanti satu sama lain malah akan mengganggu dan merusak skill bermusikmu, kataku.
Setiap kali kujelaskan alasan dan pertimbangan ini, muka anak sulungku langsung sewot. Aku tahu dia tidak setuju dengan pendapatku. Aku menduga keinginannya belajar bermain gitar hanyalah hangat-hangat tahi ayam. Setelah itu gitarnya akan menjadi pajangan seperti nasib piano atau keyboard di rumah.
Berbulan bahkan mungkin bertahun permintaan membeli gitar tsb aku abaikan. Tetap memaksa agar fokus dahulu belajar piano. Walaupun keinginanku dituruti si sulung dengan selalu mengikuti kelas piano tapi aku tahu dia tidak begitu happy karena keinginannya tidak dituruti.
Ada temanku menasehati agar permintaan putriku tsb dipenuhi aja. Barangkali dengan diberi kesempatan belajar bermain gitar nantinya akan menggugah dia untuk lebih tekun belajar piano.
Karena dengan mengetahui persis perbedaan permainan kedua alat musik tsb akan mendorong anak untuk memadukan permainan gitar dan piano. Â Ada kelemahan irama suara gitar yg bisa diisi dengan musik piano dan sebaliknya.
Pendapat temanku itu tidak sepenuhnya benar menurutku karena bagiku konsistensi dan komitmen itu sangat penting dan diperlukan dalam bidang apa saja. Tidak boleh setengah-setengah mempelajari sesuatu sehingga kita tidak mendapatkan hasil yg maksimal.
Suatu ketika aku pernah menonton tayangan video youtube rekaman wawancara sebuah TV nasional terhadap seorang ibu yang anaknya merupakan musisi terkenal di tanah air dan personil utama dari sebuah band. Banyak lagu dari band tsb yg sebagian besar merupakan karya ciptanya dan lagu-lagunya selalu hits dan legend.
Si ibu memberikan testimoni tentang kesuksesan anaknya dalam bermusik. Sejak anaknya TK sudah dimasukkan kursus piano. Alasannya, belajar piano selain membuat otak kanan anak semakin berkembang, memainkan peralatan musik ini punya kesan berkelas secara sosial.
Dan si anak juga awalnya menyukai dan menikmati belajar piano dan bermain musik. Padahal anaknya seorang lelaki yang mana saat jaman itu di Indonesia masih jarang anak laki-laki kursus piano. Umumnya anak perempuan yg banyak mengikuti kelas piano.
Beranjak remaja, anak tsb mulai jenuh dan meminta orangtuanya agar diperkenankan belajar gitar. Alasannya agar lebih gaul dan modist terlebih karena melihat frontman anak band lebih dicitrakan oleh vokalist dan gitarist nya. Walaupun saat itu kurang setuju namun si ibu memberikan kesempatan anaknya belajar bermain gitar dengan syarat tetap belajar bermain piano.
Setelah belajar beberapa lama dan mulai pintar bermain gitar, si anak merasakan saat mengulik-ulik nada untuk membuat harmonisasi sebuah lagu ternyata kombinasi penguasaan permainan gitar dan piano dapat saling melengkapi dan sentuhan piano akan lebih memperkaya nada-nada yg sudah terkonsep dengan baik dalam permainan gitar.