Kita menghabiskan sebagian besar hidup kita dengan bekerja. Seperti yang kita ketahui bahwa, setiap orang mempunyai beban kerja yang berbeda-beda, mungkin kamu merupakan salah satunya yang selama ini sudah bekerja dengan keras sepanjang waktu hingga mempunyai waktu istirahat yang sedikit.Â
Sering ke luar kota, sehingga membuat Anda harus keluar rumah lebih pagi dan kembalinya malam, atau kamu yang sering menghabiskan malam dengan mengejar target pekerjaan.
Sibuknya bekerja setiap hari, bahkan dalam seminggu kita hanya mendapatkan satu hingga dua hari libur, meskipun begitu ada orang yang masih bekerja di hari libur tersebut, dan hanya mendapatkan waktu cuti selama dua minggu dalam setahun dengan jumlah 365 hari.
Terlepas dari rasa lelah karena bekerja, pilihan hidup juga bisa membuat kita lelah, kita terlalu sibuk untuk mencari kebahagiaan hingga lupa untuk menikmati apa yang telah dijalani sekarang, seperti mencari kebahagiaan dengan berusaha memiliki apa yang diimpikan, misalnya berhasil memiliki barang baru, mendapatkan baju impian yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, berhasil memiliki tas branded, dan barang-barang lainnya.
Dimana sebenarnya selama ini Anda baik-baik saja, bisa melakukan aktivitas seperti biasa tanpa memiliki barang-barang tersebut. Dengan konsep bahagia seperti inilah, kita akhirnya terus mencari kebahagiaan dengan menambah barang baru.
Memang benar, barang yang baru kita miliki akan membuat kita bahagia. Rasa bahagia tersebut langsung kita aplikasikan saat memperlakukan barang secara istimewa dengan menyimpannnya di tempat yang paling aman. Tapi lambat laun barang tersebut berubah menjadi barang biasa, seperti barang lainnya.
Coba dilihat lagi peralatan dapur Anda yang selama ini dibiarkan begitu saja karena jarang dipakai, tumpukan sepatu yang berada sudut ruangan Anda yang jarang dikenakan, juga pakaian yang terlipat rapi di dalam lemari besar yang juga jarang dikenakan, dan ketika Anda mencobanya kembali ternyata sudah sempit, begitu juga barang-barang lainnya.
Kita terus mencari kebahagiaan dengan cara yang sama, dan tanpa disadari kita telah membeli barang yang sebenarnya fungsinya sama dalam jumlah yang banyak. Karena saking banyaknya, terpaksa kita harus menyiapkan ruangan khusus satu lagi, untuk barang-barang yang tidak digunakan.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa, sebagian besar hidup kita dihabiskan untuk bekerja dan tentunya dengan beban pekerjaan yang berbeda-beda, untuk Anda yang sudah berkeluarga tentunya harus membagi waktu sedemikian rupa agar pekerjaan rumah, pekerjaan kantoran, mengurusi bisnis, dan pekerjaan lainnya harus berjalan dengan baik dan seimbang.
Semua orang tentunya senang jika pekerjaanya selesai dengan waktu yang diharapkan, jika Anda orang yang sibuk dalam bekerja di luar rumah, dan ketika pulang saat sore harinya dan melihat kondisi rumah yang berantakan dengan barang-barang yang tidak dipakai, saya yakin ini merupakan pemandangan yang tidak menarik untuk dilihat.Â
Sepintas Anda memandangi barang-barang tersebut tergeletak menyedikah, saat itu juga Anda seperti mendengar pesan yang tidak bersuara meminta tolong kepada Anda untuk dirapikan, dibersihkan, dan juga ingin dikenakan.
Dalam kondisi ini, tentunya Anda merasa bersalah dan berniat untuk merapikan saat itu juga, tapi rasa lelah oleh pekerjaan seharian membuat Anda harus menjadwalkan suatu saat untuk merapikannya.
Begitu juga rasa suka terhadap barang tersebut sudah menurun, sehingga Anda mengurungkan niat untuk mengenakan semua barang tersebut secara bergantian.
Waktu berjalan akhirnya Anda pun menemukan hari yang tepat setelah berkali-kali memaksakan diri untuk merapikan barang tersebut, untuk lebih leluasa Anda harus mengeluarkan sebagaian barang Anda ke luar rumah, agar mudah untuk membersihkannya.Â
Dalam posisi ini anda mungkin kaget karena lupa, telah memiliki barang-barang tersebut akibat tidak pernah digunakan. Barang-barang tersebut terlihat menyedihkan, dilapisi debu, dan sebagaian rusak.
Anda pun membersihkan satu persatu dan kembali menyimpannya di tempat yang semula, dan memutuskan untuk tetap merawat barang-barang yang tidak digunakan, dengan barbagai alasan karena pemberian orang, kenang-kanangan atau untuk digunakan suatu saat nanti.
Ketika kita berbicara tentang suatu saat atau masa depan, rasanya tidak ada satu pun orang yang bisa meramalkan dengan tepat mengenai masa depan, kita sibuk menyiapkan masa depan, hingga kita lupa untuk menjalani masa yang sekarang.
Jika memang tidak bisa diramalkan, kenapa kita terlalu sibuk menyiapkan sesuatu yang belum pasti, dan kalaupun benar terjadi, kita bisa gunakan jasa sewa barang untuk kebutuhan saat itu.
Tetapi akan berbeda cerita jika Anda memang seorang pengusaha dalam sewa menyewa barang, tentunya Anda harus menyetok banyak barang untuk kebutuhan sewa.
Dengan banyaknya barang yang tidak terpakai di rumah, dan membuat tempat tinggal Anda menjadi sempit serta berantakan, ditambah lagi kesibukan Anda dalam bekerja, rasanya adalah sebuah kondisi yang sulit untuk dikerjakan semuanya. Lalu apa yang harus Anda lakukan agar bisa tenang dan bahagia mengurusi barang dan mengurusi pekerjaan Anda?
Seperti yang ditulis oleh Fumio Sasaki dalam bukunya goodbye, things penulis menjelaskan pegalamannya sebelum menutuskan menjadi minimalis, dimana apartemennya dipenuhi oleh ratusan buku yang hampir tidak pernah dibaca, jumlah pakaiannya yang banyak dan berserakan, beberapa peralatan musik yang tidak dipakai, beberapa kamera, ratusan lembar foto yang berserakan karena memang penulis juga adalah seorang fotografer dan suka mencetak foto hasil jepretannya, dia bahkan memiliki studio di apartemen miliknya yang tidak pernah dipakai juga.
Efek dari jumlah barang yang banyak menyebabkan sirkulasi udara di ruangannya tidak bagus, berdebu, dan berantakan dipenuhi oleh barang-barang yang tidak digunanakan,
Hal yang mendorong Fumio untuk terus menambah jumlah barangnya dan akhirnya bertambah banyak, dikarenakan keinginannya untuk menunjukan nilai dirinya, yang sebenarnya tidak bermafaat apa-apa.
Karena bagi orang yang melihat barang yang kita miliki, memang mereka akan memujimu diawal, dan anda akan merasa nilai diri Anda bertambah, tapi lama kelamaan orang lain akan melihat barang tersebut hanyalah barang biasa, sama halnya dengan apa yang Anda lihat.
Efek buruk terhadap apa yang dia miliki, membuatnya menjadi orang yang tidak bahagia karena kondisi tempat tinggal yang berantakan, membuatnya menjadi pribadi yang malas untuk merapikan kembali barang-barang miliknya.
Fumio juga sering menghabiskan malamnya dengan mengkonsumsi minuman keras dengan maksud untuk menghilangkan stresnya, maka saat bangun pagi dia sering merasakan sakit di kepalanya kerana efek dari minuman tersebut, hal ini membuatnya tidak efektif dalam bekerja
Pada akhirnya, Fumio Sasaki memutuskan untuk membuang semua barang yang tidak digunakan. Dalam membuang barang, dijelaskan bahwa dia membutuhkan waktu untuk memikirkan barang-barang yang memang diperlukan untuk kebutuhannya. Setelah melalui beberapa proses, akhirnya Fumio Sasaki memutuskan hanya memiliki 3 baju kaos, dan 4 celana dan beberapa barang kebutuhan lainnya.
Dalam bukunya dijelaskan juga bahwa semua barang miliknya, bisa dihitung dan dia tahu persis letak tempat penyimpanan pada masing-masing barang miliknya. Setelah berpisah dengan begitu banyaknya barang, ternyata dia baik-baik saja dalam menjalankan aktivitasnya tanpa barang-barangnya yang banyak seperti sebelumnya.
Banyak sekali keuntungan besar setelah berpisah dengan banyak barang miliknya, Fumio Sasaki akhirnya memiliki banyak waktu, merasa terbebas oleh banyaknya barang yang selama ini menguasai hidupnya, bisa kemana-mana tanpa direpotkan oleh barang, pikirannnya jadi tenang oleh barang-barang, menjadi lebih rajin ketimbang sebelumnya, tempat tinggalnya menjadi lebih luas, sirkulasi udaranya baik, dan sinar matahari pagi bisa tembus ke kamarnya.
Tidak seperti kondisi sebelumnya, tempat tinggalnya dihalangi oleh banyaknya barang dan berdebu, saat pagi hari sebelum bekerja dia meninggalkan tempat tinggalnya dalam kondisi rapi dan bersih.
Dari pengalaman hidup Fumio Sasaki kita juga bisa mengambil hikmahnya, ada baiknya juga kita memiliki barang yang benar-benar kita butuhkan.
Maka Anda perlu menghindari untuk memiliki barang yang kembar, pikirkan kembali jika ingin membeli sesuatu, tanyakan pada diri Anda, apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau sekadar keinginan semata.
Karena dengan memiliki jumlah barang yang sedikit, hidup kita jadi bebas, kita juga akan mempunyai banyak waktu luang, karena tidak lagi mengurus barang yang tidak dibutuhkan.Â
Saat keluar rumah, rasa khawatir Anda akan berkurang untuk memikirkan barang-barang. Jika ada kejadian yang tidak kita inginkan, katakanlah barang-barang tersebut hilang, kita bisa mendapatkannya kembali dengan mudah dan terjangkau.
Hal ini juga akan membantu kita dalam menjalankan aktivitas hidup sehari-hari, pekerjaan rumah bukan lagi menjadi beban tersendiri, dengan begitu hati kita akan bahagia, hidup kita pun akan damai.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI