Mohon tunggu...
Heriyanto Nurcahyo
Heriyanto Nurcahyo Mohon Tunggu... Saya seorang Guru

Seorang guru yang terus belajar dan menemukan hal dan petualangan baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

LITERAMORE: Membangun Generasi Membaca Kritis dan Reflektif

14 Oktober 2025   11:14 Diperbarui: 14 Oktober 2025   11:14 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu jurnal murid kelas XI_Photo pribadi penulis

Sebagai bagian penting dalam persekolahn, program  literasi tidak lagi sekadar diartikan sebagai kemampuan baca-tulis. Literasi telah bertransformasi menjadi fondasi untuk berpikir kritis, berempati, dan berkolaborasi dalam menghadapi kompleksitas zaman. Menyadari hal ini, SMAN Glenmore tidak setengah-setengah dalam mengintegrasikan semangat literasi ke dalam jantung kegiatan akademiknya. Program literasi sekolah ini dirancang dengan cermat, terintegrasi dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan menjadi salah satu prasyarat kelulusan yang bermakna. Setiap murid diwajibkan untuk membaca minimal lima buku karya sastra sebelum mereka lulus, Program pembiasaan ini akan menjadi  sebuah investasi pengetahuan dan karakter yang akan mereka bawa seumur hidup.

Lebih dari Sekadar Kuantitas: Jurnal Literasi sebagai Cermin Diri

Yang membedakan program literasi di SMAN Glenmore bukan hanya pada jumlah buku yang harus dibaca, melainkan pada kedalaman interaksi yang dijalin antara murid dengan bacaan. Kunci dari proses ini terletak pada Jurnal Literasi. Bukan sekadar daftar bacaan, jurnal ini adalah ruang dialog antara teks dan pembaca. Di dalamnya, murid secara berkala mendokumentasikan perjalanan literasi mereka dengan sebuah kerangka refleksi yang powerful dan terstruktur, dikenal sebagai 4F: Facts, Feeling, Findings, dan Future.

Mari kita ambil contoh konkret. Seorang murid memilih novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari (Dee). Setelah menghabiskan waktu dengan tokoh Kugy dan Keenan, perjalanannya belum selesai. Saatnya ia membuka jurnal dan merefleksikan pengalaman membacanya.

1. Facts (Fakta): Mengasah Ketajaman Analisis
Pada bagian ini, murid dituntut untuk mencatat fakta-fakta objektif yang ditemui dalam cerita. Ini bukan tentang menceritakan kembali alur, tetapi mengidentifikasi elemen-elemen penting yang membangun cerita. Untuk Perahu Kertas, murid mungkin mencatat: "Novel ini berkisah tentang Kugy, seorang gadis unik dengan imajinasi tinggi yang bercita-cita menjadi penulis dongeng, dan Keenan, seorang pelukis berbakat yang berjuang menemukan jati dirinya. Konflik utama muncul dari tekanan keluarga terhadap pilihan karir dan rumitnya hubungan persahabatan yang berubah menjadi cinta." Dengan mencatat Facts, murid melatih kemampuan untuk menyaring informasi inti dan memahami struktur naratif sebuah karya.

2. Feeling (Perasaan): Menghidupkan Empati dan Koneksi Emosional
Bagian ini adalah ruang yang paling personal. Di sini, murid bebas mengekspresikan gejolak emosi yang mereka rasakan selama membaca. Apakah mereka merasa senang, sedih, marah, kecewa, atau terinspirasi? Misalnya, seorang murid mungkin menulis: "Saya merasa sangat tersentuh oleh keteguhan hati Kugy. Adegan ketika Kugy dengan polosnya terus menulis dongeng meski dianggap kekanak-kanakan membuat saya kagum. Saya juga merasakan kegalauan Keenan, terperangkap antara kewajiban pada keluarga dan passion-nya terhadap seni. Perasaan kecewa sempat muncul ketika miskomunikasi memisahkan mereka, tetapi akhir yang menyentuh memberikan kepuasan tersendiri." Melalui Feeling, murid belajar bahwa buku adalah jendela untuk memahami perasaan manusia, mengasah empati, dan menyadari bahwa emosi adalah bagian valid dari proses belajar.

3. Findings (Temuan): Menggali Makna dan Nilai Kehidupan
Ini adalah inti dari proses pembelajaran. Findings menuntun murid untuk menggali "lesson learned" atau wawasan yang mereka dapat dari bacaan. Ini adalah tahap di mana mereka menjawab pertanyaan, "Apa yang pelajaran hidup yang saya petik dari kisah ini?" Untuk contoh Perahu Kertas, temuan seorang murid bisa sangat mendalam: "Saya menemukan bahwa kesuksesan tidak selalu linier. Perjalanan Kugy dan Keenan mengajarkan bahwa passion dan bakat adalah kompas terbaik menuju tujuan hidup, meski jalannya berliku. Novel ini juga mengajarkan tentang kejujuran pada diri sendiri dan keberanian untuk memilih, serta arti persahabatan sejati yang mampu bertahan melewati badai masalah dan perasaan cinta."

4. Future (Penerapan): Mentransformasi Wawasan menjadi Aksi
Tahap terakhir inilah yang membuat program literasi SMAN Glenmore benar-benar berdampak. Future mendorong murid untuk berpikir tentang bagaimana wawasan baru tersebut akan mengubah perilaku atau pola pikir mereka di masa depan. Refleksi tidak berhenti di tingkat kognitif, tetapi melompat ke ranah aksi. Murid tersebut mungkin menulis: "Setelah membaca Perahu Kertas, saya akan berusaha lebih berani dalam mendengarkan suara hati saya sendiri, terutama dalam memilih jurusan kuliah nanti. Saya juga akan lebih menghargai proses dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi kegagalan, karena seperti Kugy dan Keenan, setiap langkah adalah bagian dari perjalanan. Selain itu, saya akan lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan teman untuk menghindari kesalahpahaman."

Dampak yang Terlihat: Dari Ruang Kelas ke Kehidupan

Program literasi berbasis jurnal 4F ini telah membawa dampak yang nyata. Pertama, kemampuan menulis dan analisis murid mengalami peningkatan signifikan. Mereka tidak lagi sekadar meringkas, tetapi mampu mengkritisi, membandingkan, dan menghubungkan teks dengan konteks kehidupan mereka.

Kedua, program ini membangun karakter. Melalui eksplorasi Feeling dan Findings, murid belajar tentang nilai-nilai kehidupan seperti ketekunan, integritas, empati, dan resiliensi. Mereka tidak diajarkan tentang nilai-nilai ini secara dogmatis, tetapi menemukannya sendiri melalui pengalaman imajinatif yang mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun