Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terima Kasih Dan Salam Hormat Untuk Pak KH. Hasyim Muzadi

8 Juni 2012   03:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:16 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13391239741272127104

Terima kasih Pak Kiai, Bapak telah menyelamatkan muka bangsa ini yang seringkali dicoreng wajahnya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Nasionalisme bapak telah membuka mata dunia bahwa negeri ini tak seburuk yang dibayangkan orang. Negeri ini masih memiliki toleransi yang tidak tara. Toleransi yang tidak berstandard ganda. Kita masih bebas menjalankan agama, beribadah di manapun kita mau, tak ada pemaksaan ini dan itu dan banyak lagi kebebasan yang kita peroleh di negeri ini.

Hanya kadang kebebasan yang kita peroleh, seringkali kebablasan hingga menyerempet kebebasan orang lain. Tapi itu sebenarnya hanya riak-riak kecil dalam perjalanan bangsa ini.

Pak Hasyim, saya suka sekali dengan kalimat-kalimat dalam pidato Bapak. Simple, tidak berbelit dan mudah dimengerti. Dan lagi, tepat menggambarkan kondisi yang terjadi saat ini. Tak heran jika banyak sekali teman-teman yang menyebarkan pidato Bapak baik lewat BBM atau Internet, karena selama ini jika mendengar pidato para pejabat kami sering mengantuk dan tidak langsung mengerti apa yang dipidatokan. Mungkin karena kebodohan kami, atau terlalu rumitnya cara berpikir para pejabat sehingga susah mengutarakannya di depan publik dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Pak Hasyim, izinkan saya mengutip pidatomu di blog ini dengan harapan agar bisa diambil hikmahnya baik untuk saya maupun para pembaca yang lain :

"Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti krn laporan dr dlm negeri Indonesia. Slm berkeliling dunia, saya blm menemukan negara muslim mana pun yg setoleran Indonesia.

Klau yg dipakai ukuran adl masalah AHMADIYAH, memang krn Ahmadiyah menyimpang dr pokok ajaran Islam, namun sll menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tdk dipersoalkan oleh umat Islam.

Kalau yg jadi ukuran adl GKI YASMIN Bogor, saya berkali-kali kesana, namun tampaknya mereka tdk ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional & dunia utk kepentingan lain drpd masalahnya selesai.

Kalau ukurannya PENDIRIAN GEREJA, faktornya adl lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tp di Kupang (Batuplat) pendirian masjid jg sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. ICIS selalu mlkkan mediasi.

Kalau ukurannya LADY GAGA & IRSHAD MANJI, bangsa mana yg ingin tata nilainya dirusak, kecuali mrk yg ingn menjual bangsanya sendiri utk kebanggaan Intelektualisme Kosong ?

Kalau ukurannya HAM, lalu di iPapua knp TNI / Polri / Imam Masjid berguguran tdk ada yg bicara HAM ?Indonesia lbh baik toleransinya dr Swiss yg sampai skrg tdk memperbolehkan Menara Masjid, lebih baik dr Perancis yg masih mempersoalkan Jilbab, lbh baik dr Denmark, Swedia dan Norwegia, yg tdk menghormati agama, krn disana ada UU Perkawiman Sejenis. Agama mana yg memperkenankan perkawinan sejenis ?!

Akhir'a kmbl kpd bngsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yg hrs sadar dan tegas, membedakan mana HAM yg benar (humanisme) dan mana yg sekedar Weternisme".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun