Ada yang berbeda dan unik di Rumah Makan Bu Yanti yang belum satu tahun buka cabang di daerah Depok tepatnya di kelurahan Jatijajar, Tapos ini. Saat masuk kita disambut dengan ramah dan hangat oleh ibu Yanti sang pemilik rumah makan seolah-olah seperti keluarga sendiri. Lalu kita dipersilahkan mengambil dan memilih sendiri makanan sesuai selera. Perabotannya yang bersih, ruangan yang luas dan kolam pemancingan yang sengaja dibuat menjadi view atau pemandangan alam dengan membuka sisi belakang rumah makan sehingga suasana terbuka area pemancingan membuat suasana menjadi lebih nikmat serasa di alam terbuka.
Jika kebetulan pengunjung orang Jawa, maka bahasa-bahasa jawa halus akan menghiasi percakapan pengunjung dengan Bu Yanti yang kebetulan berasal dari kota reog, Ponorogo dan sang suami dari Magelang ini. Tapi bukan dengan orang Jawa saja bu Yanti beramah tamah dengan pelanggannya, terhadap siapapun si pemilik rumah makan ini nampak akrab dan berbicara seperti layaknya sebuah keluarga. Apalagi jika sudah beberapa kali makan di sini baru datang pun sudah langsung tanya apa kabar, ke mana aja .. dst.
Menu yang disajikan di rumah makan ini tidaklah terlalu istimewa, hanya saja dari sajiannya kita seperti makan di rumah sendiri. Ada pepes jamur, pepes tahu, bothok mlanding, pepes ikan mas, pepes ikan pedak, pepes ayam, sayur asem, sambel mentah, telor dadar, sambel goreng kentang, gudeg jogja, tempe, tahu, perkedel jagung dan menu makanan lainnya yang mungkin jarang kita jumpai di meja makan kita tapi di masa lalu mungkin pernah akrab, seperti halnya bothok mlanding bagi kebanyakan orang Jawa. Dari segi rasa, cukup pas untuk lidah siapa saja terlebih lagi lidah Jawa, Sunda, Betawi, bahkan orang Batak pun banyak yang menyukai dan berlangganan di rumah makan ini. Dan menariknya lagi, soal harga sangat-sangat terjangkau. Kesimpulannya benar-benar makanan rakyat yang disajikan dengan sangat manusiawi dan bersahabat. Pokoknya harga tidak sombong dan tidak membuat kantong kita jadi bolong, hehehe.. Bayangkan saja, harga pepes ayam hanya Rp. 7.000,- , pepes ikan mas Rp. 6.000,- pepes-pepes lain seperti pepes tahu, bothok mlanding, pepes jamur hanya seharga Rp.2.000.- dan Rp. 3.000,- . Sangat merakyat bukan?
Untuk soal kebersihan, jangan ditanya lagi. Setiap mata memandang di sudut-sudut ruangan nyaris tak terlihat sedikitpun sampah atau apapun yang mengotori lantai maupun tempat duduk dan meja makan. Kita bisa lesehan maupun duduk di kursi kedua pilihan ini disediakan di sini meskipun tidak banyak. Hanya satu yang kurang, tempat parkir mobil karena rumah makan ini letaknya di dekat perkampungan dan kebetulan mepet sekali dengan jalanan yang bukan jalan raya. Paling banter hanya bisa memuat parkir untuk satu mobil, lainnya harus dengan motor atau berjalan kaki untuk menuju rumah makan ini, atau jika terpaksa dengan mobil mesti mengambil parkir di badan jalan agak jauh dari rumah makan.

Selesai makan saya sempat ngobrol dengan Bu Yanti. Beliau bercerita banyak tentang para pelanggannya. Ada yang mendatangi rumah makan ini berombongan dan sempat mengungkapkan "kekesalannya". Pasalnya, banyak yang kehilangan bu Yanti semenjak lebih banyak waktunya di tempat baru di banding di rumah makan pusatnya di Margonda.
"Ibu ini gimana sih, nyari tempat kok ngumpet di sini. Mau sembunyi ya, saya di Margonda gak pernah ketemu ibu, ternyata buka rumah makan di sini. Kenapa sih gak cari tempat yang mudah dijangkau Bu?" Begitu para pelanggannya menumpahkan kekecewaannya dengan sangat akrab, seolah seperti saudara atau ibunya sendiri.
Bu Yanti memang tipikal pedagang yang tidak ngoyo mencari keuntungan. Ia cukup berbahagia dengan mengurus rumah makan di tempat barunya karena sudah menjadi milik sendiri alias tidak sewa tempat. Di sini dia mengelola bersama beberapa anak buahnya yang sudah 6 tahunan setia bersamanya.
Pernah suatu waktu ia mendapat pesanan 1000 kotak paket nasi, namun karena keterbatasan tenaga ia tidak menyanggupinya karena khawatir tidak terlayani dengan baik. Saya sempat bertanya, kenapa gak kerja sama dengan orang lain bu agar bisa dipenuhi pesanan itu. Apa jawab bu Yanti?
"Saya ini gak mau nanti ada perselisihan masalah uang mas. Kadang masalah uang itu sensitif, makanya saya lebih baik menangani sebisa dan semampu saya saja. " Itulah alasan bu Yanti.