Mohon tunggu...
Heri Kurniawansyah
Heri Kurniawansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pemimpi

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terjebak dengan Kata "Visioner"

3 Juni 2020   11:52 Diperbarui: 3 Juni 2020   11:44 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transformasi model "politik klasik" menuju "politik modern" saat ini telah menumbuhkembangkan pola pikir yang berorientasi pada konsep-konsep baru sebagai antitesis politik tradisional. Salah satunya adalah munculnya "paradigma visioner" dalam praktek politik modern saat ini. Bahkan kata "visioner" telah menjadi simbol kepemimpinan modern di abad ini, akibatnya para aktor politik begitu bangga jika dilekatkan kata visioner pada dirinya.

Namun, ada kaidah filosofis yang dilupakan oleh para pengagum kata "visioner" dalam domain sosio - politik di negeri ini, yaitu bahwa paradigma visioner sesungguhnya adalah benalu dalam kebijakan, mengapa demikian?, karena ketika kita meletakkan kata visioner kepada pola kerja kepemimpinan, maka secara otomatis pula subyek tersebut akan berimplikasi kepada uang rakyat atau apa yang disebut dengan APBN/APBD.

Loh apa hubungannya?, seorang pemimpin yang ingin dan sedang membangun proyek-proyek besar agar dicap sebagai pemimpin yang gagah dan inovatif namun minim subtansi, itulah yang disebut dengan paradigma visioner. 

Apalagi di era keterbukaan dan revolusi teknologi saat ini, banyak aktor politik lebih bangga memperlihatkan ke publik tentang berbagai program besar yang terkadang implikasinya tidak seimbang antara input dengan outputnya. Uang yang dikeluarkan begitu besar, namun hasilnya hanya berpihak kepada "branding personal" semata, bukan kepada publik.

Paradigma visioner selalu bangga dengan agenda besar, padahal masalah publik yang memiliki tingkat urgensi yang tinggi terkadang tak tersentuh. Tidak sedikit retorika yang disuguhkan kepada publik dengan mengedepankan konsep-konsep besar, dengan maksud agar publik menyukai eksistensi dirinya, yang selanjutnya dengan kehadiran dirinya diklaim akan membawa perubahan bagi daerahnya, 

padahal perihal tersebut hanyalah strategi mengambil trust publik untuk kepentingan branding dirinya. Dari proses itulah seolah-olah dia akan terlihat inovatif. Fenomena tersebut juga menjadi bagian dari paradigma visioner.

Lalu bagaimana wujud visioner yang sesungguhnya?, visioner itu adalah tentang pemenuhan hak warga masyarakat melalui kepemimpinan dan kebijakannya secara sistematis, efektif, inovatif dan tentunya akseleratif, begitulah sesungguhnya pola kerja pemimpin yang visioner bertindak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun