Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ulama dan Umara Bersatu, Umat Akan Menyatu

12 Juni 2021   22:33 Diperbarui: 12 Juni 2021   23:09 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompas.com

Judul diatas bukannya mendiskreditkan para ulama, yang dikesankan tidak bersatu dengan umara atau pemerintah. Bukan itu maksudnya. Judul diatas hanyalah sebuah reminder saja buat kita semua. Ulama merupakan bagian dari tokoh public. Dan sebagai tokoh publik, harus bisa memberikan tuntunan, harus bisa menyejukkan dan harus bisa memberikan inspirasi bagi umat alias masyarakat. Begitu juga dengan umara atau pemerintah, juga harus bisa berlaku adil, agar bisa terwujud kemaslahatan umat.

Ulama pada dasarnya merupakan pemimpin, tapi sifatnya lebih ke non formal. Ulama lebih dekat dengan masyarakat dan menjadi tuntunan karena pengetahuannya yang luas, serta kepribadiannya yang tulus. Semantara umara merupakan pemimpin formal, atau pejabat negara yang mendapatkan amanah untuk mengatur dan memimpin masyarakat. Almarhum Syekh Ali Jaber pernah mengatakan, "Tugas ulama itu membawa umat untuk mendapatkan ridha Allah SWT, sedangkan tugas umara membawa umat untuk mendapatkan kebahagian dan kesejahteraan. Oleh karenanya ulama dan umara harus bersatu."

Dalam prakteknya, rupanya tidak semuanya bisa bersatu. Karena menurut Imam Ghozali, setidaknya ada tiga jenis ulama yang perlu menjadi perhatian. Pertama adalah ulama yang mengejar duniawi dan seringkali mencelakakan dirinya dan orang lain. Kedua adalah ulama yang berdakwah dengan penuh keikhlasan dan mensucikan-Nya lahir dan batin. Ulama ini seringkali membahagiakan dirinya dan orang lain. Ketiga adalah ulama secara lahiriyah terus menyerukan orang lain kepada akhirat, dan tidak diperdaya oleh dunia, sementara batinnya bertujuan mencari pengaruh. Ulama jenis ini umumnya seringkali mencelakakan dirinya dan membahagiakan orang lain.

Mari kita renungkan bersama. Ulama seperti apa yang kita inginkan. Jika ulama tersebut jelas mempunyai kepentingan lain, lebih baik kita hindari. Dekatilah ulama yang ikhlas dalam melakukan dakwah. Begitu juga dengan pejabat alias umara. Tidak sedikit yang mempunyai banyak kepentingan pribadi, dan melupakan kepentingan masyarakat luas. Jika ulama dan umaranya mempunyai tujuan yang negatif, jelas umat atau masyarakatnya pasti akan berantakan. Sebaliknya, jika ulama dan umara nya bersikap benar, maka umat atau masyarakat akan baik, beriman, dan mendapatkan kesejahteraan.

Dalam konteks sekarang ini, umat atau masyarakat seringkali merasa kebingungan karena maraknya provokasi. Ada beberapa tokoh yang terus melontarkan kritikannya, tapi tanpa dilengkapi data. Kritikan ini muncul setelah ada keputusan pembatalan ibadah haji 2021 oleh pemerintah. Keputusan ini dianggap sebagai bentuk ketidakmampuan pemerintah, dalam melobi pemerintah Arab Saudi. Apalagi Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Padahal, alasan pemerintah murni karena ingin melindungi masyarakat, agar tidak terpapar covid-19. Disamping itu, Indonesia juga tidak masuk dalam daftar negara yang diperbolehkan masuk ke Arab Saudi, selama masa pandemi ini.

Jangan terus saling mencaci, merasa benar, dan menebar provokasi. Mari para pemimpin negeri ini, baik yang formal atau non formal saling sinergi satu sama lainnya. Ketika semuanya saling sinergi, tentu masyarakat pun akan hidup senang, sesuai ajaran agama dan lebih sejahtera. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun