Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menangkal Takfiri Melalui Literasi

13 September 2019   23:51 Diperbarui: 14 September 2019   00:00 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi - jalandamai.org

Paham takfiri yang sering mengkafirkan orang lain, memang sudah banyak menyebar di kalangan masyarakat kita. Paham yang disebarkan oleh kelompok radikal itu, dilakukan dengan berbagai cara. 

Mulai dari bertemu secara langsung, menyebarkan selebaran, hingga menyebarkan propaganda melalui media sosial ataupun internet. Cara yang terakhir ini dianggap efektif, karena murah, dan bisa menjangkau semua khalayak. 

Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat kita, khususnya kalangan remaja yang terpapar paham takfiri ini.

Ironisnya, salah satu tempat yang menjadi peredaran paham takfiri ini adalah lembaga pendidikan. Kampus sempat menjadi tempat subur peredaran paham ini, ketika HTI banyak menguasai berbagai kampus di Indonesia. 

Organisasi tersebut memang telah dibubarkan oleh pemerintah, namun bukan berarti paham itu serta merta hilang. Karena yang namanya keyakinan, butuh proses panjang untuk bisa menghilangkannya.

Mungkin kita pernah mendengar, celetukan, sindirian, cacian yang muncul di sekitar kita atau dunia maya yang dengan mudah mengatakan bahwa seseorang tersebut kafir, sesat, ataupun melanggar agama. 

Orang semacam ini sudah terpapar paham takfiri. Kenapa takfiri perlu kita lawan? Karena paham ini bisa membuat seseorang bisa menjadi intoleran dan radikal. Ujungnya adalah mereka yang terpapar takfiri bisa menjadi teroris. Karena para pelaku terorisme umumnya mengadopsi paham takfiri ini.

Ketika seseorang sudah dilabeli sebagai sesat atau kafir, step selanjutnya orang tersebut harus mendapatkan perlakuan intoleran. Entah persekusi, ataupun tindakan anarkis lainnya. 

Alasannya, orang sesat atau kafir harus diperangi. Sementara definisi sesat atau kafir hanya didasarkan berdasarkan kata orang atau pandangannya yang sempit. Siapa sebenarnya yang berhak menilai seseorang itu sesat atau tidak? Kita atau Tuhan? Kita sama sekali tidak punya hak menilai orang lain itu sesat atau kafir.

Sebagai generasi muda, kita harus bisa berpikir rasional dan logis. Lembaga pendidikan seperti kampus, juga harus terus mewaspadai penyebaran takfiri di dalam kampus. 

Apalagi baru saja sebagian anak-anak muda kita memasuki perguruan tinggi. Pada masa-masa inilah seringkali banyak sekali perekrutan dilakukan oleh kelompok yang sudah terpapar. 

Mereka akan mencari anggota sebanyak-banyaknya. Pada titik inilah penting mengedepankan logika kita. Jangan sampai sikap kritis mahasiswa hilang, hanya karena dihadapkan pada sesat dan tidak sesat.

Kita harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan ajaran agama yang utuh. Literasi menjadi sangat penting. Baik itu secara umum, sosial, ataupun keagamaan. 

Banyaklah baca dan serap segala ilmu dari orang yang tepat. Cobalah cari pembanding, agar kita bisa benar-benar memahami bahwa informasi yang kita serap adalah informasi yang benar dan tepat. 

Ingat, kita adalah Indonesia yang dipenuhi banyak sekali keberagaman. Bagi penganut takfiri, keragaman menjadi hal yang salah. Sementara Tuhan menciptakan bumi dan isinya penuh dengan keragaman. Karena itu, mari kita kuatkan literasi agar terbebas dari paham takfiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun