Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merajut Damai di Dunia Maya

22 Juni 2019   09:55 Diperbarui: 22 Juni 2019   10:09 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Indonesia - sumber: fadjar

Ada apa dengan dunia maya sampai harus dirajut dengan kedamaian? Bukankah dunia maya bukan dunia nyata? Mungkin pertanyaan semacam ini sempat melintas di benak kalian semua. 

Ya, saya pun juga pernah merasakan hal tersebut. Namu, ketika mulai maraknya propaganda radikalisme beberapa tahun lalu, ketika adanya seorang pemuda yang mencoba meledakkan diri setelah terpapar radikalisme di media sosial, setelah maraknya ujaran kebencian, hoaks dan persekusi di dunia maya, telah merubah pikiran saya tentang dunia maya. 

Dunia maya yang bisa memberikan manfaat positif bagi kita semua ini, harus dijaga agar tidak dikotori dengan pesan-pesan yang menyesatkan, yang bisa merusak kedamaian dan keragaman yang selama ini terjaga.

Mari kita lihat beberapa waktu kebelakang. Tidak usah terlalu jauh. Ketika masa pilkada serentak hingga pemilihan presiden dan wakil presiden kemarin misalnya. Lihatlah apa yang terjadi di dunia maya dan media sosial. 

Seseorang bisa mudah saling mencaci, memaki, bahkan melakukan persekusi hanya karena berbeda pilihan politik. Bakan, antar keluarga pun bisa saling bertikai karena yang satu memilih paslon A yang lainnya memilih paslon B. Suka tidak suka, inilah fakta yang terjadi di lingkungan sekitar kita, atau mungkin dalam keluarga kita sendiri.

Sebelumnya, kelompok radikal telah berhasil melakukan provokasi melalui propaganda radikalisme yang terus mereka sebar di media sosial. Akibatnya, banyak anak muda dan keluarga berbondong-bondong ke Suriah dan Iraq untuk bergabung dengan ISIS. 

Banyak anak muda di Indonesia yang bersedia meledakan diri karena dianggap sebagai jihad. Banyak orang menganggap orang berbeda agama dengan sebutan kafir. Semuanya itu terjadi karena kita tidak bisa menjadi smart netizen ketika beraktifitas di dunia maya. 

Akibatnya, semua informasi di telan mentah-mentah dan dianggap sebagai sebuah kebenaran. Dan lagi-lagi, hal ini merupakan fakta yang ada di sekitar kita.

Nampaknya, seiring dengan kemajuan zaman, kita semakin dekat dengan yang namanya kekerasan, kebencian, caci maki dan perilaku negative lainnya. Jejak digital bibi kekerasan ini ada dimana-mana. 

Kepolisian pun berkali-kali mengingatkan, tentang adanya ancaman pidana, bagi siapa pun yang secara sengaja menyebarkan kebencian dan kebohongan di dunia maya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun