Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan yang Teraniaya

20 Januari 2021   07:28 Diperbarui: 20 Januari 2021   07:45 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan yang Teraniaya

Layaknya seorang
yang tiada berdaya
duduk di kursi pesakitan

Berpasrah diri menerima
bentuk hukuman tanpa
diperbolehkan angkat bicara

Guna lakukan pembelaan
hanya merunduk seraya
sesekali mengangguk-angguk

Ditelannya seluruh hardikan
di atas lengking suara sambil
sesekali menggebrak meja

Pekakkan gendang telinga
dengan raut muka memerah
penuh angkara murka serta

Darah mendidih naik ke kepala
milik seorang pemberang tak jarang
bogem mentah bersarang di wajah

Kepal tinju membabi buta
acapkali mengenai pelipis
mendarat di perut membuat

Sontak kelojotan seketika
disertai suara erangan
hantaman dilayangkan

Sekuat tenaga hingga
mencipta bilur-bilur lebam
di sekitar area mata

Atau bahkan bibir pecah
hingga mengalirkan darah
menyiksa tanpa kenal belas kasihan

Kaum wanita dianggap lemah
seakan hilang sisi humanis
pikirnya kaum perempuan

Pantas diperlakukan semena-mena
dan sekali hantam maka
maka terjungkalah ia

Kaum Adam janganlah berlaku keji
terlebih pada Istri sendiri
menganiaya sesuka hati

Hingga menyisakan bekas lebam
lebam yang terpampang nyata
akibat pembuluh darah pecah

Gurat lebam bisa lenyap dan samar
namun memar di jiwa
akan selamanya tetap ada

Membekas seumur hidupnya
mencipta trauma jiwa
membuatnya merasa tak berharga

Yang tak pantas untuk disayangi
dikasihi juga dicintai dan
mengkerdilkan jiwa

Duhai Kaum Adam engkau terlahir
dari rahim suci seorang wanita
rahim seorang Ibu yang mengenalkanmu

Perihal sebagaimana layaknya
memuliakan kaum perempuan yang
semestinya dilindungi jiwa dan raga

***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 20 Januari 2021 | 07:28

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun