Tak hanya sekedar merangkai kata
disetiap hurufnya hadirkan jiwa
syarat dengan makna
yang tak tersampaikan lewat lidah
Aksara bisu tercecer
aku merangkainya dengan
tetesan darah dan air mata
lewat runcing ujung pena
Yang kerap menari saat didera sunyi
ditepian malam
semua guratan kata memiliki makna
karena semua bertutur tentang rasa
Yang mungkin setiap orang berbeda
menafsirkannya
tak mengapa
puisiku bahasa perasaan
Yang dimana jemari selaras dengan
hati dan pikiran
cukup aku yang memahami
diamku melahirkan bait-bait puisi
Bagiku lebih mudah menuliskannya
pada secarik kertas
tentang beragam rasa yang menghuni ruang jiwa
Ujung lidahku kerap kelu ketika harus mengutarakannya
cukup kupejamkan mata
maka perasaanlah yang menuntunku
Lalu ujung pena perlahan merajah
isi tinta meresap pada lembaran kosong
disanalah kutuangkan segenap rasa
tulisanku hadirkan jiwaku
Goresan penaku ungkapan hatiku
tanpa perlu kuperjelas siapa aku
dan semua tentang aku
cukup puisiku bertutur tentang AKU
Tak perlu menatap mataku
dan membaca hatiku
karena semua sudah terwakilkan
lewat ceceran aksara bisu
Yang kurangkainya satu persatu
hingga menjadi puisi sendu
aku yakin tulisanku akan selalu tetap ada
seperti helai demi helai kenangan tentangMU