Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tanpa Khusyuk, Kita Tidak Bisa Berdoa

15 Desember 2015   09:34 Diperbarui: 15 Desember 2015   12:55 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sepertinya selama ini yang difahami adalah berdoa untuk meminta agar khusyuk. Benarkah demiakian? Mari kita simak....

Doa, bagi saya adalah sesuatu yang sakral. Ini menurut pendapat saya, jika ada yang tidak setuju, itupun tidak salah.Oleh karenanya, doa bagi saya hanya untuk sesuatu permohohonan pada Sang Keberadaan atau alam semesta untuk hal yang juga selaras dengan kehendak atau sifat alam. Apakah sifat alam itu?

Sifat alam adalah segala hal yang untuk kemuliaan jiwa. Hal yang lain adalah bahwa doa ditujukan untuk permohonan yang sesuai dengan tujuan kelahiran manusia. Adalah sifat alami manusia menyatu dengan alam. Atau pikiran yang pada saat kematian tidak lagi terikat dengan benda duniawi.

Bukankah alam tidak pernah terikat dengan sekitarnya. Burung berkicau sebagai ungkapan syukur. Mereka berkicau tanpa harapkan pujian dari siapa pun. Ia berkicau sebagai ungkapan syukur pada alam semesta karena berada di bumi. Tumbuhan juga demikian. Mereka mengorbankan diri demi kehidupan makhluk lain di bumi. Manusia dan hewan tidak bisa hidup tanpa tumbuhan. Inilah kekuatan mandiri dari tumbuhan.

Kembali pada pemahaman doa.

Seseorang yang khusyuk bisa berdoa. Khusyuk didapatkan karena pikiran yang jernih dan tenang. Pikiran tenang dan jernih terjadi setelah segala hal yang membuatnya tidak khusyuk dilenyapkan. Saat pikiran belum khusyuk berdoa, dapat dipastikan yang diminta adalah berkaitan dengan kepuasan nafsu panca inderawinya. Bukankah pemuasan nafsu panca inderawi masih berkaitan dengan sifat hewani? Sedangkan permintaan kita ditujuakan pada Dia Yang Maha Suci. Jika kita anggap Dia adalah yang Maha Suci, bisakah ia memiliki sesuatu yang lain kecuali kesucian?

Memang kita menganggap Dia pemilik segala hal di bumi. Tetapi layak kah kita minta yang berkaitan dengan benda dunia kepada Dia? Saat hal yang berkaitan dengan dunia kita peroleh, kebanyakan dari kita semakin jauh dari Sang maha Murni. Lihatlah hewan dan tanaman, mereka tidak butuh doa untu memenuhi makanan yang mereka butuhkan. Bukankah kita pun demikian. Dengan berupaya kita mendapatkan hal untuk memenuhi kebutuhan duniawi. Bukankah kita diberikan kekuatan untuk berupaya untuk mencari kebutuhan dunia, bahkan dalam segala kitab suci juga disebutkan bahwa: 'Suatu bangsa bisa mengubah nasibnya jika bangsa itu sendiri yang mengubahnya.' So, tidak seorang pun bisa mengubah nasib kita kecuali kita sendiri. Hukum sebab akibat berlaku di bumi ini sobats...

Lain halnya dengan kebebasan pikiran dengan keterikatan benda dunia. Hanya karena kemurahan berkah Nya, kita terbebaskan dari keterikatan bendawi. Dia lah sesungguhnya yang memberkahi kita dengan kebebasan dari benda dunia.  Itulah Keagungan Nya. Itulah kuasa Nya. Kekuata utuk membebaskan dari keterikatan dunia bukanlah kemampuan kita manusia, karena kita lahir dari keterikatan terhadap benda dunia, bagaimana mungkin kita bisa bebas tanpa rahmat serta berkah Nya?

Karena Dia Sang Maha Suci, maka yang kita minta pun kesucian. Kita lahir sebagai sebab perbuatan kita. Mengapa kita lahir di dunia benda jika kita sudah bebas dari benda? Tentu penyebab utama atau pendorong keberadaan kita di bumi juga karena keterikatan kita pada benda. Bukan kah ini yang disebut sebagai penyakit kanker? Penyakit berbahaya penyebab kelahiran manusia di bumi. Inilah hukum tarik menarik sejenis Pikran yang mengandung kebendaan tentu mendatangi yang bersifat bendawi juga.

Oleh karena permintaan kita pada yang Maha Suci, tentu agar kita kembali menyatu pada Yang Maha Suci. Kita harus melepaskan baju kebendaan di tempat yang seharusnya, dunia benda. Demikian lah, maka jenis permintaan kita juga bersifat membebaskan pikran dari kontaminasi bendawi. Lepasnya baju berlabelkan duniawi membuat Sang Jiwa bebas terbang kembali ke asalnya, Kesucian.

Pikiran menjadi khusyuk berarti pikiran yang tidak lagi terganggu keinginan kenikmatan duniawi atau nafsu rendah hewaniah. Jika pikiran belum khusyuk, maka yang dimintapun masih sekitar pemenuhan kenikamatan inderawi. Seseorang yang khusyuk bisa memilah, apakah permintaan saya berkaitan untuk meningkatkan kemuliaan jiwa atau bukan? Kesadaran kita bahwa jiwa adalah percikan Sang Maha Jiwa mendorong kita untuk kembali murni sebagaimana Sang Maha Murni. berasal dari murni kembali ke sumbernya, Sang Maha Murni...

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun