Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sesaji Wujud Apresiasi untuk Meningkatkan Kasih

3 November 2021   13:07 Diperbarui: 3 November 2021   13:10 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Wujud Apresiasi

Kebiasaan leluhur kita, bahkan sampai saat ini pun masih dilakukan, melakukan sesajen atau persembahan kepada alam. Mungkin banyak yang mengatakan hal ini perbuatan yang musyrik. Inilah kata atau sebutan yang sesungguhnya bagi yang belum mengenal budaya pelestarian terhadap alam. Mereka yang mengatakan demikian belum menghargai proses.

Sadarkah kita, segala sesuatu yang terjadi di alam ini melalui suatu proses. Misalnya, masakan. Kita seringkali mengucapkan bahwa rasa suatu masakan enak, dan kemudian kita mengucapkan syukur kepada Tuhan bahwa dapat diberikan nikmat makanan yang enak. Tetapi, pernahkah kita mengucapkan terima kasih pada tanaman dan juga pada si juru masak yang telah mengolah suatu bahan mentah menjadi enak?

Kita lupa memberikan suatu penghargaan atau apresiasi kepada tanaman. Leluhur kita menyadari bahwa tanpa ada makanan, manusia akan mati. Mereka memberikan suatu sesajen dalam bentuk apa pun sebagai ungkapan terima kasih. Misalnya, leluhur kita memberikan kembang atau sedikit makanan pada bibir sumur. Ini sebagai ungkapan rasa terima kasih pada air sumur. Inilah rasa terdalam dari ungkapan syukur. Leluhur kita senantiasa ingat bahwa tanpa air, kita akan mati. Hubungan timbal balik antara manusia dan alam.

Mengapa makanan?

Karena makanan bagi manusia adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk hidup. Dan itu dianggap tertinggi atau paling dibutuhkan. So, yang dipersembahkan pada air juga yang paling dibutuhkan manusia untuk hidup. Tiada sesuatu di balik itu semua. Sesajen dipersembahkan sebagai upaya manusia untuk melestarikan alam.


Ungkapan lain adalah menjaga agar pepohonan di sekitar tempat tinggal tidak sembarangan di tebang. Dahulu kala, pohon-pohon besar diberikan sesajen. Ini juga sebagai ungkapan rasa terima kasih pada pepohonan. Inilah wujud dari apresiasi. Mungkin dikatakan bahwa leluhur kita animis. Apakah yang disebut sebagai animis. Animis berarti kehidupan. Dengan kata lain, leluhur kita menghargai kehidupan ini sebagai manifestasi Tuhan.

Kembali pada apresiasi terhadap masakan....

Pernahkah terpikir dalam diri kita memberikan apresiasi pada si juru masak? Sering kita melupakan bahwa bahan mentah diolah menjadi bahan matang yang siap dimakan diproses oleh seseorang juru masak. Seharusya kita memberikan apresiasi ucapan terima kasih pada si juru masak. Bukan kah sang juru masak juga perwujudan Allah? Tanpa ketrampilan dan cita rasa, sang juru masak tidak bisa menyajikan makanan yang lezat.

Sebelum makan, ucapkan terima kasih pada tumbuhan dan kemudian sang juru masak. Bukan kah semua dari Tuhan? Betul, tetapi Tuhan tidak butuh ucapan terima kasih.

Tanaman juga tidak butuh!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun