Mohon tunggu...
Hensi Margaretta
Hensi Margaretta Mohon Tunggu... Konsultan - Pendidik, Trainer, Konsultan, Professional Coach

Fasilitator Sekolah Penggerak Angkatan 2, International Certified of Master Trainer of Education, Master Trainer of FIRST-ADLX, Associate Consultant of NICE Indonesia, ROOTs Consultant

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaksimalkan Potensi Penyandang Disabilitas dengan Program Coaching

30 Agustus 2022   12:59 Diperbarui: 30 Agustus 2022   13:07 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melalui coaching penyandang disabilitas dapat menemukan kesadaran diri mereka bahwa mereka pun memiliki potensi yang dapat dikembangkan lebih baik lagi. Melalui coaching penyandang disabilitas akan bangkit rasa percaya dirinya untuk mencapai apa yang mereka harapkan dan cita-citakan. Melalui coaching, mereka akan bergerak maju dan memunculkan perubahan perilaku sikap ke arah yang lebih positif. Dengan demikian coaching dapat menginspirasi mereka untuk berkarya dan bersikap lebih kreatif lagi. 

Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam sesi coaching dengan penyandang disabilitas agar sesi coaching berjalan dengan baik dan lancar. 

Pertama, seorang coach perlu memahami kondisi coachee (penyandang disabilitas) yang akan mereka bimbing. Seorang coach perlu mengetahui jenis disabilitas coachee yang akan dibimbingnya. Selain itu, sebagai sesama makhluk sosial, seorang coach sadar bahwa mereka memiliki hak-hak yang sama seperti manusia lainnya di muka bumi. Seorang coach hendaklah  memandang setara coachee yang akan dibimbing dan tidak merendahkan mereka. Penyandang disabilitas adalah juga manusia yang perlu dihargai dan tidak perlu dikasihani meskipun secara fisik mereka tidak sempurna. 

Kedua, kesiapan mental dan emosional. Seorang coach perlu menyiapkan mentalnya agar sesi coaching berlangsung tidak terlalu sentimental atau emosional ketika berhadapan dengan coachee yang berstatus sebagai penyandang disabilitas. Sebagai pembimbing, seorang coach perlu menjaga sikap, baik ucapan maupun tindakannya. Penyandang disabilitas meskipun secara fisik kekurangan, mereka sebaliknya memiliki perasaan yang sangat sensitif.

Ketiga, seorang coach perlu meyakinkan coacheenya (penyandang disabilitas) di awal sesi coaching bahwa mereka tidak perlu merasa insecure atau merasa tidak nyaman selama sesi coaching berlangsung. Seorang coach perlu meyakinkan bahwa sesi coaching yang dilakukan akan mengikuti kode etik coaching yang berlaku bahwa coaching yang berlangsung akan dijaga kerahasiaan atau konfidentialitinya. Ketika hal ini terjadi maka penyandang disabilitas tidak akan merasa insecure dengan kondisi mereka dan tidak merasa terdeskreditkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh seorang coach dalam sesi coaching yang berlangsung. 

Keempat, gunakan kata-kata yang sederhana. Hal yang perlu diperhatikan seorang coach sebagai pembimbing adalah menggunakan bahasa yang setara dengan coachee yang sedang dihadapi. Sebagian besar penyandang disabilitas memiliki keterbatasan berpikir, maka seorang coach perlu menyederhanakan kalimat atau pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada mereka agar memudahkan mereka memahami atau menangkap pesan yang dimaksud. 

Kelima, coaching perlu dibangun dengan keterbukaan dan komunikasi yang asertif. Dengan keterbukaan akan menyebabkan komunikasi berjalan lancar dilandasi perasaan saling percaya. Pun dengan komunikasi asertif, seorang coach akan lebih mudah menggali penyandang disabilitas dengan cara mengajukan pertanyaan terbuka tanpa justifikasi tertentu. 

Demikian sebaliknya, penyandang disabilitas menjadi lebih bebas untuk menyampaikan ide-ide dan pemikiran mereka sendiri. Penyandang disabilitas tersebut tidak merasakan beban ketika mengeluarkan pendapatnya. Jadi, komunikasi asertif yang dilakukan selama proses coaching membuat penyandang disabilitas sebagai coachee merasa lebih nyaman dan percaya untuk bercerita dan mengeksplorasi pemikiran mereka. 

Keenam, dalam proses coaching, seorang coach hadir sepenuhnya untuk mendengar secara aktif dan memahami kondisi coachee (penyandang disabilitas). Ketika seorang coach hadir seutuhnya untuk coachee (penyandang disabilitas) maka mereka merasa dihargai keberadaannya dan pendapatnya meskipun mereka memiliki kekurangan secara fisik. 

Mereka juga merasa senang ketika didengar dalam proses coaching. Ada tempat untuk menyampaikan uneg-uneg yang selama ini ada dalam pemikiran mereka. Tentunya ada perasaan lega untuk berbagi rasa dan cerita kepada seseorang yang selama ini bisa jadi mereka anggap hal yang menakutkan. Lebih dari itu, seorang coach tidak hanya mampu mendengar dengan telinga tetapi dapat mendengar dengan mata, dan hatinya. 

Ada banyak pesan tentunya yang akan disampaikan oleh penyandang disabilitas meskipun secara fisik tidak sempurna. Pesan tersebut bisa berasal dari hal yang tidak tersirat oleh mata, namun dapat ditangkap melalui emosi, basa tubuh yang lain ataupun perubahan intonasi suaranya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun