Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Dilema

5 Oktober 2020   16:52 Diperbarui: 5 Oktober 2020   17:11 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi Pixabay

Aku melihat wajah yang teduh dan lembut itu kelihatan lelah didera duka. Listya, andaikan aku bisa membuat wajah itu kembali ceria dan bahagia. Andaikan. 

Sabtu ini aku menghabiskan waktuku di Laboratorium. Penelitianku tentang tanaman obat masih belum selesai. Sudah kukerjakan beberapa tahap penelitian dan sekarang adalah masuk ke tahap identifikasi senyawa gugus fungsional kimianya. 

Dalam penelitian ini aku melibatkan beberapa mahasiswa tingkat skripsi untuk mengerjakan beberapa bagian dari penelitian ini. Data hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk bahan skripsi mereka tentu saja dengan seizinku sebagai Pembimbing mereka.

Dulu waktu Listya menyusun skripsinya juga menggunakan sebagian dari data penelitianku. Dosen yang bergelar Profesor sepertiku memang dituntut aktif melakukan penelitian-penelitian untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang lebih luas.

Rencananya hasil hasil penelitian ini mau disajikan dalam Seminar International tentang Tanaman Obat Tradisional di Denpasar bulan depan. International Conference Research On Traditional Complementary & Alternative Medicine In Health Care.

Dalam seminar seperti ini banyak dijumpai ide-ide brilian dari para ahli. Aku sendiri beberapa tahun terakhir ini sedang mendalami tentang obat obat tradisional yang tanaman obatnya melimpah ruah di jagad Nusantara ini.

Beberapa penemuanku mengenai tanaman obat sudah banyak di publikasikan di beberapa Jurnal Ilmiah baik Nasional maupun International.

Sudahlah. Sementara stop dulu pembicaraan tentang tanaman obat yang sudah banyak kutemukan. Hanya ada satu obat yang sampai sekarang belum bisa kutemukan yaitu obat rindu kepada teman hidup.

Ada dua wanita yang selalu aku rindukan setiap saat yaitu Daisy Listya dan Kinanti Puspitasari. Mereka sudah menjadi dilemma serius yang harus aku hadapi.

Suasana Ruang ICU sebuah Rumah Sakit di Malang itu sunyi senyap. Rizal Anugerah terbaring lemah tak berdaya.  

Aku dan Kinanti menyempatkan menjenguk suami Listya ini sekalian memberikan semangat kepada Listya.

Ada komplikasi serius pada ginjalnya. Sudah hampir sepekan ini Rizal mengalami koma. Dalam dua hari terakhir ini kondisinya semakin memburuk.

Sebenarnya ada rencana untuk di bawa ke Mount Elizabeth Hospital Singapore, dimana dilakukan operasi cangkok ginjal. Pada saat semua sudah siap termasuk kesiapan pendonor, ternyata kondisi Rizal yang semakin memburuk.

Rasa prihatin yang mendalam untuk Listya yang sedang mengalami cobaan ini. Alhamdulillah aku melihat Listya begitu tabah menghadapi ujian ini.

"Pak Alan. Bu Kinan. Terima kasih. Mohon doanya untuk kesembuhan Mas Rizal," kata Listya penuh kesedihan. Aku hanya berusaha menghibur wanita cantik ini. Agar dia diberikan kesabaran.

Tidak banyak yang kami bicarakan dengan Listya di Rumah Sakit itu sampai akhirnya harus pamit karena hari sudah menjelang malam.

Esoknya ada kabar duka yang aku terima dari Listya bahwa suaminya sudah tidak bisa tertolong. 

Listya menelponku sambil terisak dia menceritakan berita duka itu. Aku mendengar isak tangisnya begitu pilu. Suaminya, Rizal Anugerah telah tiada.

Semoga Rizal Anugerah diterima semua amal ibadahnya dan keluarga yang ditinggalkan mendapat ketabahan terutama Listya.

Mendengar berita duka ini aku hanya bisa termenung. Pagi itu aku dan Kinanti segera meluncur ke Malang menuju rumah duka.

Dalam perjalanan menuju Malang aku melihat Kinanti banyak diam. Aku tidak tahu yang sedang dipikirkannya. Aku mencoba bertanya.

"Aku sedang merasakan dukanya Listya!" Kata Kinanti.

"Duka Listya adalah duka kita juga."

"Aku teringat Listya sering mencurahkan isi hatinya tentang hambarnya sebuah pernikahan." Kinanti bergumam.

"Kinanti, biarlah Listya mendapatkan keikhlasan dengan takdirnya. Kita hanya bisa berdoa agar Listya selalu mendapat kekuatan dari Allah."

"Ya. Semoga!"

Sesampainya di rumah duka, kami menemui Listya dan menyampaikan rasa duka yang mendalam.

Rizal Anugerah setelah seminggu mengalami koma akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Semoga ini jalan terbaik untuknya setelah mengalami penderitaan yang panjang. Demikian pula untuk Listya semoga ketabahan selalu ada dalam hatinya.

"Listya tabahkan hati ya ikhlaskan Mas Rizal. Ini adalah jalan yang terbaik dari Allah!" Kataku menghibur.

"Terima kasih pak Alan!" kata Listya disela isak tangisnya. Kemudian Listya menghampiri Kinanti. "Bu Kinan!" Listya menangis dipelukkan Kinanti.

Aku hanya bisa memandang dua wanita cantik ini berpelukan. Mereka adalah dua wanita berbeda usia.

Keduanya sangat dekat dengan hatiku. Keduanya adalah orang-orang yang sangat berarti dalam hidupku.

"Tabahkan hatimu Listya. Allah selalu memberi kita yang terbaik. Takdir Allah itu pasti terbaik untuk kita. Listya harus mengikhlaskan Mas Rizal," bisik Kinanti menghibur sambil memeluk Listya yang masih terisak.

Duka Listya adalah dukaku juga. Aku merasakan kesedihan dari tatap sendu matanya. Dulu aku merasakan duka seperti ini ketika kehilangan Diana Faria.

Duka Listya telah membuka lagi duka masa lalu. Semakin lama semakin sadar ternyata hanya Allah Yang Maha Memiliki.

Aku melihat wajah yang teduh dan lembut itu kelihatan lelah didera duka. Listya, andaikan aku bisa membuat wajah itu kembali ceria dan bahagia. Andaikan. 

@hensa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun