Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Masih Ada Cinta di Ruang Hampa

7 Februari 2020   15:19 Diperbarui: 7 Februari 2020   16:36 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto Polskiswiat.com

Sudahlah Alan. Rupanya Allah mengirim Daisy Listya hanya untuk dikenang. Gadis itu sekedar untuk menggugah hatimu agar kamu mulai terbuka lagi menerima uluran cinta dari calon teman hidupmu. 

Sejak pertemuan terakhir dengan Daisy Listya pada hari wisuda itu, aku benar-benar mengisi hari-hariku dengan kehampaan. Padahal aku harus tegar. Teringat yang pernah dikatakan Listya bahwa sebenarnya kita tidak pernah memiliki apapun maka oleh sebab itu kita tidak pernah kehilangan apapun. Hanya Allah Yang Maha Memiliki. Tetapi tetap saja tidak mudah melupakan kenyataan yang sedang aku hadapi ini.

Daisy Listya. Sejak pertama kali aku memandang wajahnya rasanya wajah itu seperti sudah kukenal jauh lebih lama. Saat itu aku sempat tertegun tak percaya. Wajah ini sangat akrab dengan hatiku. Entah berapa puluh tahun yang lalu rasanya aku pernah mengenal wajah cantik ini. Wajah teduh yang dapat membuat hati menjadi tentram.

Berkali-kali aku berbincang dengannya. Banyak yang tidak dapat aku ungkapkan betapa lembutnya dia dalam bicara. Setiap katanya mengandung kelembutan hatinya.

Setiap aku berbincang dengannya setiap itu pula aku seperti pernah merasakan perasaan seperti ini entah berapa puluh tahun yang lalu. Sapaannya, candanya, senyumnya dan tawanya rasanya seperti pernah akrab dalam hidupku.

Aku pernah mengatakan kepadanya, bahwa aku sangat mengagumi kepribadiannya. Mendengar ini, dia hanya tersenyum lembut. Dia tetap rendah hati. Bahkan dia mengatakan bahwa aku terlalu berlebihan dan sambil bercanda dia berkata bahwa aku hanya menebar fitnah. Aku dituduh menfitnah bahwa dia cantik. Sungguh aku sangat terkesan dengan sikap gadis ini menghadapi pujian. Memang hanya Allah yang berhak menerima pujian.

Aku adalah orang yang tidak dapat berpura-pura. Aku adalah orang yang selalu mengatakan sesuatu sesuai dengan isi hatiku. Wajar setiap orang memiliki masa lalu.

Namun jika masa lalu itu ada di depan mata mengapa aku harus diam saja. Masa lalu itu adalah Diana Faria sedangkan yang aku hadapi ini adalah Daisy Listya. Aku adalah orang yang ingin selalu mengatakan sesuatu sesuai dengan isi hatiku.

BACA JUGA : Harapan Kandas Dosen Jomblo

Daisy Listya. Di mataku dia adalah gadis yang berbeda dibandingkan gadis remaja seusianya. Dia sangat sederhana dan bersahaja. Senangnya hatiku setiap hari bertemu di koridor laboratorium itu. Dia tersenyum padaku dan aku bisa merasakan kebahagiaan seperti pernah aku rasakan beberapa tahun lalu bersama Diana Faria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun