Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Konser Semir Sepatu di Stasiun Kereta

7 Desember 2021   19:05 Diperbarui: 7 Desember 2021   19:09 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Eh, sepatu Abang ya?" kata Pria Gondrong, "Entar ya Bang, tinggal dikit" ujar Bocil cuek, masih menyalin bait terakhir lirik lagu itu.

Sambil menunggu si Bocil, Pria Gondrong itu memainkan gitar kentrung lirik 'Kami rindu lapangan yang hijau...'. "Eh Bang, itu kan lagu [Bola Raya]. Abang juga suka itu lagu" ujar Bocil, sambil memandangi jari-jari Pria Gondrong yang memainkan senar gitar kentrung dengan fasih.

Dengan senyumnya yang khas, Pria Gondrong menjawab "Nah, jangan lupa sepatu Abang". Sontak tangannya bergegas "Eh, iya. Ikut nyanyi bolehkan, lagian nih sepatu butut, KW pula" ujar Bocil, yang mengenal betul jenis-jenis sepatu pantofel asli dan tiruan.

Tak terasa berdua larut di satu lagu 'Bola Raya' dan satu sisi sepatu selesai disemir. "Nah, coba kasih tau tuh lirik di bukumu. Pilihlah satu lagu, ayo kita tuntaskan malam ini" ujar Pria Gondrong itu.

"Oh, ini Bang ya [Malam Jatuh Di Surabaya]," katanya. "Aih, jangan lupa sepatu Abang. Yang satu sisi belum" ujar Pria Gondrong. "Opss, sori, sori" jawab Bocil yang terlena.

Bernyanyilah berdua. Suara Bocil yang fals, namun pas dengan ketukan lagu, mengundang decak kagum orang yang lalu lalang. Beberapa dari mereka berhenti, diamatinya Pria Gondrong itu.

Sontak terjadi kerumunan, namun lagi-lagi Pria Gondrong itu memberikan kode "Sttt" dengan jari telunjuk tepat menempel pada bibir. Lampu-lampu flash blitz kamera smartphone bermunculan bak kunang-kunang, tak menganggu intimnya suasana.

"Bang" tanya Bocil "Gua rikues lagu [Balada Harian] boleh Bang?," ujarnya. "Hmm" ujar Pria Gondrong lirih "Terakhir".

Jreng, mulai dipetiknya senar gitar kentrung mengalun nada demi nada, larut dengan bait-bait lirik. Malam itu, mereka semua seolah sedang di kota timur itu.

Hingga bait '...Kembalilah kepadaku. Padaku. Padaku. O, padaku' merdu suara Pria Gondrong memecah kesepian. Tepuk tangan rasa haru bercampur jadi satu.

"Oke, wis" ujar Pria Gondrong sambil mengenakan sepatu lalu beranjak dengan posisi jongkok, memegang pundak "Adik, berapa duit nih?" katanya. "Ah sudahlah Bang, free" ujar Bocil keminggrisan. "Berapa saudara?" katanya lagi, "3 Bang, adik dua di rumah sama emak" ujar Bocil, mulai menyadari siapa sosok Pria Gondrong itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun