Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Konser Semir Sepatu di Stasiun Kereta

7 Desember 2021   19:05 Diperbarui: 7 Desember 2021   19:09 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Boss. Stasiun Boss" ujar sang sopir. Dia pun beranjak, "Nyuwun sewu, nyuwun sewu". Seluruh mata memandangi Pria Gondrong itu dengan kerut dahi, dia lupa ini metropolis bukan kota timur asal tanah lahirnya.

"Sepuluh rebu Boss," kata sang sopir menagih tarif. Pria Gondrong itu mengeluarkan amplop salam tempel dari acara tipi, nampak tebal seperti buku kamus Inggris-Indonesia. menariknya diantara lembar-lembar kertas berwarna ungu muda.

Belum beranjak satu langkah, satu penumpang berteriak memanggilnya "Maaasss, Topiiii". Dia pun meraih mirip topi pet Pak Tino Sidin miliknya.

Tak lama, Kijang butut kembali beranjak menunaikan tugas trayek di kota metropolis. Dia pun bergegas menuju stasiun yang sepi itu dan menunjukan scan tiket, petugas terkejut ketika menatap pria gondrong seperti pernah mengenal ribuan tahun "Mas, bu-bukannya?,"

"Stttt," ujar Pria Gondrong itu dengan jari telunjuk tepat menempel pada bibir. Dengan pelan petugas kereta mengeluarkan secarik kertas dan bulpen. Pria gondrong itu menangkap pesan bahwa dia harus tanda tangan.

Kemudian sedikit manja petugas itu dengan gaya centil meminta selfi walau cukup di balik kaca peron. "Terima kasih ya Mas," kata petugas kereta itu. "Beres nih" balasnya. "Yaps. Happy nice day" ujarnya singkat penuh senyum bahagia, tak menyangka bertemu satu seniman fenomenal asal kota timur.

Duduk dan menanti kereta terlambat 2 jam, dia memilih kursi paling pojok dan belakang. Sesekali gitar kentrung dipetik mencari kunci-kunci dari lirik yang ada di benak hatinya.

Sesekali dia memajukan topi Pak Tino Sidin untuk menutup wajah, agar orang yang berjalan di depannya tak lama melirik.

Dia pun masih memainkan senar gitar kentrung dengan geleng-geleng pelan. Tak sengaja sorot mata tertuju pada sesosok bocah cilik (Bocil) berbadan kurus, berkalung tali tampar menjuntai.

Alunan gitar kentrung mendadak terhenti, dia mendekati Bocil. Si Bocil nampak sibuk menyalin lirik lagu indie dari hape samsul ke sebuah buku lusuh di atas kotak bernama "Kilat Sepatu", tak dia hiraukan Pria Gondrong yang mendekat.

"Dik, sibukkah?" tanyanya, "Kagak" jawab Bocil singkat, tanpa memandang Pria Gondrong. "Kotak apa tuh?" tanyanya lagi, "Semir Bang" jawabnya lagi singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun