Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Seikat Melati

8 Juli 2022   21:23 Diperbarui: 9 Juli 2022   00:01 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seikat Melati | foto: Pixabay/ monika 1607—

"Besok pesawatku tiba sekitar jam 11 malam. Jadi, mungkin sampai di rumah hampir tengah malam, tergantung antrean di imigrasi dan berapa lama bagasi keluar." Faik berkata pada istrinya dari seberang telepon.

"Safe flight, Sayang. Sampai besok, ya. Hati-hati." Lisa menyahut.

"Thank you, Darling. Kamu nggak perlu nunggu aku, kalau ngantuk tidur saja ya." Ujar Faik sebelum mengucap salam dan menutup telepon.  

Pasangan ini baru dua tahun membina rumah tangga. Faik, pria yang berasal dari Turki ini terpaksa harus sering meninggalkan Lisa sendirian. Beberapa bulan sekali Faik akan berkunjung ke Indonesia atau sebaliknya. Sementara ini hubungan jarak jauh harus terjadi, sama seperti saat mereka berpacaran. 

Lisa belum mau ikut untuk menetap di negeri asal suaminya. Bukan apa-apa, Lisa memikirkan mamanya yang sakit parah dan sekarang menjadi pasien di hospice care. Siap atau tidak siap, dia harus menguatkan diri untuk bisa menerima keadaan. Lisa ingin menikmati masa-masa yang mungkin sangat singkat ini bersama mamanya.

Faik sangat mengerti dengan situasi yang dihadapi istrinya. Apa lagi istrinya adalah anak tunggal. Siapa yang harus mengurus ibu mertuanya kalau buka istrinya, begitu pikir Faik. Lisa pasti merasa kesepian karena anak yang mereka harapkan belum juga hadir. 

* * *

Tengah hari setelah membesuk mamanya, Lisa mampir ke supermarket di seberang hospice. Dia ingin menyiapkan rendang sapi, makanan kesukaan suaminya. Faik bisa makan berkali-kali dengan lauk ini. Kata Faik, awalnya dia mengalami diare setelah menyantap rendang karena tidak tahan dengan tingkat kepedasan masakan khas Sumatra Barat itu.

Lisa bisa memasak masakan kesukaan suaminya dengan baik dan menyesuaikan dengan kemampuan lidah suaminya. Sejak mencicipi rendang buatan istrinya, Faik tidak lagi menemukan rendang sapi yang lebih enak. Satu lagi, dia tidak pernah lagi diare setelah menyantap rendang sapi.

"Ah, gombal itu." Lisa menimpali ucapan suaminya waktu itu. Namun, sebetulnya Lisa merasa bahagia mendengarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun