Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Ketumbar, Rempah Firaun yang Aromanya Digemari dan Dibenci

8 Juni 2021   16:46 Diperbarui: 12 Juni 2021   10:28 1899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketumbar, rempah Firaun | dok. mein- schoener-garten.de/ Georgie Steeds—

"Ich kann alles essen, außer Korianderblätter." (Aku bisa makan apa saja, kecuali daun ketumbar.)  Seorang teman dari Amerika Latin menjawab, saat saya tanya apakah dia memiliki pantangan, atau alergi makanan tertentu.

Jika mengundang teman-teman dari negara lain, sering pertanyaan ini saya ajukan. Biasanya, menu vegetarian selalu saya sediakan, karena banyak teman-teman yang menganut pola makan ini. 

Pernah juga saya lupa, saat mengadakan acara makan siang dengan menu bakso sapi. Seorang teman dari Thailand tidak mengkonsumsi daging sapi. Saya merasa bersalah dan kesal sekali, karena lupa bertanya. Teman saya maklum, dan hanya bisa menikmati makanan sampingan dan dessert saja.

Nah, kembali ke daun Ketumbar atau Korianderbältter sebutannya dalam bahasa Jerman. Teman saya dari Amerika Latin ini sangat tidak suka, bahkan dia bilang benci dengan daun ketumbar. Dari jarak jauh sekalipun dia bisa mencium aromanya, begitu katanya.

Parahnya, menurut dia, kuliner di negaranya banyak yang menggunakan daun ketumbar. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya dia harus memilih makanan saat berada di negerinya.

Ketumbar dan asalnya

Ketumbar (Coriandrum sativum) termasuk salah satu rempah yang sangat tua dan sudah dikenal ribuan tahun yang lalu. Tanaman ini berasal dari Eropa selatan dan Timur Tengah, kemudian menyebar ke wilayah benua lainnya. Sekarang ketumbar sudah dikenal di seluruh dunia.

Orang Mesir kuno sangat menghargai dan menganggap penting ketumbar. Rempah ini adalah salah satu tumbuhan yang dijadikan persembahan kepada Pharaoh (Firaun) di kuil, dan merupakan barang bawaan menuju peristirahatan abadi. 

Biji ketumbar ditemukan di makam Firaun Tutankhamun (Tutanchamun), raja Mesir kuno dari Dinasti ke-18, masa Kerajaan Baru. Tutankhamun berkuasa sekitar tahun 1332 - 1323 SM. Makamnya ditemukan di Valley of the Kings oleh Howard Carter pada tahun 1922. 

Ketumbar juga digunakan oleh bangsa Yunani dan Romawi kuno. Mereka menggunakan rempah ini sebagai bumbu masakan dan minuman wine.

Manfaat ketumbar

Bukan sekadar pelengkap bumbu masakan saja, tetapi ketumbar juga mengandung banyak manfaat bagi kesehatan. Tanaman ini dapat membantu mengatasi masalah pencernaan seperti perut kembung, diare, irritable bowel syndrome (IBS), begitu juga penyakit inflamasi kronis, misalnya rematik.

Ketumbar mengandung banyak minyak esensial, protein, asam organis, dan vitamin C yang berkhasiat untuk tubuh. Ayurveda dan pengobatan tradisional China (TCM) juga menggunakan ramuan dari ketumbar sebagai salah satu bahan pengobatan mereka.

Ketumbar sedang berbunga | dok. HennieTriana
Ketumbar sedang berbunga | dok. HennieTriana

Tanaman ketumbar dan masakan

Sekitar tahun 400 Masehi, bangsa China mulai mengenal ketumbar. Tanaman ini kemudian sangat populer dan digunakan hampir di seluruh negara Asia sebagai salah satu bumbu masakan.

Itulah sebabnya sebutan "chinese parsley" sering digunakan untuk sebutan ketumbar. Bentuk pinggiran daunnya yang bergerigi memang menyerupai peterseli, tetapi rasa dan aromanya berbeda.

Selama saya tinggal di Medan, tidak ada masakan khas Medan yang saya kenal menggunakan daun ketumbar sebagai campuran masakan, kecuali biji ketumbar yang umum digunakan. Saya mengenal daun ketumbar saat menyantap Tom Yam, salah satu masakan Thailand yang populer.

Nama tanaman Coriander berasal dari kata "koris" yang berarti serangga. Aroma daun dan batang tanaman ini memang sangat kuat, "seperti serangga" begitu mereka menyebutnya.

Biji dan daun ketumbar memiliki aroma yang berbeda. Menurut saya, daun ketumbar memang mengingatkan pada bau Walang sangit, serangga yang menjadi hama tanaman budidaya, terutama padi. Sebagian orang menganggap bau daun ketumbar ini mirip dengan aroma sabun. Mungkin alasan itu yang membuat sebagian orang tidak menyukainya.

Biji ketumbar setampah mini, hasil panen di kebun | dok. HennieTriana
Biji ketumbar setampah mini, hasil panen di kebun | dok. HennieTriana

Saya lebih banyak menggunakan daun ketumbar daripada daun peterseli sebagai campuran dan pelengkap masakan, seperti sup, salad, dan masakan lainnya.

Setiap awal musim semi, saya menanam ketumbar dan beberapa tanaman bumbu lainnya dalam sepetak pot. Koriander mulai berbunga di akhir musim semi dengan bunga berwarna putih hingga merah jambu.

Bijinya yang berwarna hijau akan menjadi kecoklatan dan siap dipanen sekitar bulan Agustus - September. Meski tidak banyak, setampah mini ukuran piring makan, biji ketumbar ini kemudian dikeringkan dan digunakan untuk bahan masakan sehari-hari. Mengkonsumsi hasil tanaman sendiri menghadirkan kepuasan tersendiri.

Beberapa tahun terakhir, sudah banyak dijual biji ketumbar di supermarket Jerman. Sebelumnya harus mencari biji ketumbar dan membelinya di toko khusus bahan makanan Asia.

Salam kuliner.

-------

Hennie Triana Oberst
De, 08.06.2021
Bacaan:
1. Koriander mehr als ein Gewrz/ zentrum-der-gesundheit.de
2. Koriander/ kuechengoetter.de

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun