Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Perlu Lekas-lekas Menikah, Rezeki Takkan Tertukar

18 Oktober 2020   20:46 Diperbarui: 18 Oktober 2020   20:53 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: anncapictures/pixabay.com

Saat saya pulang ke kota kelahiran, ada seorang teman yang curhat, sebut saja namanya Santi. Dia katanya menyesal telah buru-buru menikah setelah tamat sekolah. Menurutnya, hidup dia begitu-begitu saja, tak bergerak banyak dari yang dulu.

Cita-citanya untuk bekerja di bidang yang diinginkan akhirnya kandas, karena dia sibuk dengan anak-anaknya, ditambah lagi suaminya tidak mengizinkannya untuk kuliah.

"Seandainya aku sabar, melanjutkan studi sepertimu. Hidupku mungkin sebahagia hidupmu," matanya murung saat mengucapkannya.

"Rezeki orang kan berbeda-beda, kau sekarang bahagia dengan anak-anakmu. Itu adalah kebahagiaan lain yang sekarang aku belum punya." 

Ucapan saya ternyata bisa menghadirkan binar di matanya.

"Tapi kau, tinggal tunjuk saja cowok yang mau kau nikahi kan?" Santi mengatakan dengan sungguh-sungguh, tapi membuat saya terbahak-bahak.

Memang iya, saat itu saya punya teman dekat, beberapa, tapi jika ada yang pantas disebut sebagai pacar, hanya ada satu di antara mereka. Memilih satu untuk menjadi pasangan hidup tak semudah memilih dengan mengarahkan jari telunjuk.

Ada juga seorang wanita yang saya kenal, karena desakan lingkungan dan keluarga, harus menikahi lelaki yang tidak dicintainya. Demi menghindari gunjingan orang-orang sekitar dan dianggap perawan tua. Mungkin, seandainya dia bisa melarikan diri dan pindah ke tempat lain, pasti dilakukannya.

Saya?  Pada waktunya saya menemukan jodoh yang cocok, tanpa perlu bertahun-tahun pacaran seperti hubungan sebelumnya. Jika keduanya merasa klop, waktu yang panjang bukanlah keharusan.

Apakah ada ocehan dan gunjingan menyangkut hal lainnya? Ya, pasti, tetap ada, tapi tidak perlu ditanggapi.

Saya perhatikan, banyak teman saya yang memutuskan untuk hidup sendiri. Mereka memiliki karir yang bagus dan bahagia dengan hidupnya. Hargai saja apapun keputusan seseorang terhadap hidupnya, mau menikah muda, menunda menikah atau tetap sendiri tanpa pasangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun