Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelit

18 November 2018   03:54 Diperbarui: 5 September 2019   18:41 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pelit_sumber:yourbusinesscoachingclub

Beberapa pola pikir yang membentuk sifat mental pelit:

1. Susah Cari Uang.

Karena mengalami dan merasakan bagaimana susahnya mencari uang, maka seseorang bisa menjadi sukar melepaskan uangnya. "Enak saja! Saya kerja keras untuk mendapatkan uang, dia hanya minta-minta bantuan!". Atau, "Enak saja, pinjam. Beli!".

2. Prinsip Jangan Meminta atau Meminjam dari Orang.  

Prinsip yang sesungguhnya bermuatan maksud positif ini bisa membuat orang juga menjadi tidak mudah untuk melepaskan atau membagi apa yang dipunyainya kepada orang lain. Sebab prinsipnya, toh kalau ia kekurangan, ia juga tidak akan meminta atau meminjam dari orang lain. 

3. Hartaku adalah Milikku dan Untukku. 

"Tidak ada hak orang lain pada hak kepemilikanku". Ia bisa meminjam dan meminta dari orang lain, tetapi ia tidak suka meminjamkan dan memberi apa yang dipunyainya.

4. Jangan Sampai Kekurangan dan Tidak Berpunya.

Kekuatiran bakal kekurangan dan tidak berpunya bisa membuat orang menjadi pelit. Berkurang sedikit saja, ia mulai kuatir dan gelisah karena merasa tidak aman lagi, apalagi bila tidak ada uang sama sekali.

F. Rawan Stress

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Profesor Uwe Dulleck dan Dr. Markus Schaffner dari QUT Queensland Behavioral Economics Grup (QuBE) dirilis oleh ScienceDaily (24/08/2014) membuktikan adanya tekanan mental seseorang dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Dikatakan, bahwa orang yang pelit mudah menjadi stress, sedangkan orang yang dermawan kurang mengalami stress daripada orang yang pelit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun