Ah aku bosan, mau nonton aja sekarang!
Aku boleh dibelikan mainan baru tidak? Aku udah bosan sama yang ini.
Di atas adalah contoh rengekan saat anak sudah bosan dengan apa yang ada di depannya. Ketika berhadapan dengan situasi di atas, sebagai orang tua kita punya dua pilihan: segera kabulkan permintaan anak atau tunggu, ada cara lain.
Dibya Chouduri, seorang profesor konseling di Eastern Michigan University mengatakan bahwa bosan adalah emosi yang normal pada anak dan sebenarnya bukan hal yang buruk.
Rasa bosan, adalah "urge for creativity". Anak sering bosan karena ide mereka banyak dan keinginan mereka untuk berimajinasi dan berkreasi.
Namun terkadang orangtua dan masyarakat kita adalah pembunuh utama kreativitas itu. Ketika anak-anak tidak ada kegiatan, cara mengatasinya dengan memberikan ijin untuk menyalakan  TV, tab, handphone atau video game. Solusi instan ini sebenarnya menyabotase proses berpikir anak. Padahal anak perlu memiliki waktu untuk mengembangkan imajinasi, mewujudkan pengalaman melalui aktivitas bermain atau hanya sekadar mengamati lingkungan sekitar mereka.
Memberi waktu pada anak untuk merasakan bosan, artinya kita mendekatkan anak untuk berjumpa dengan banyak hal berharga. Â Apa sajakah itu?
1. Membentuk karakter anak
Hal ini diungkapkan oleh Sandi Mann, penulis The Science of Boredom dan pengajar senior jurusan psikologi di University of Central Lancashire. Rasa bosan memicu pikiran anak untuk mengembara. Mereka bisa melamun lalu memunculkan ide, mencoba berbagai hal, berinisiatif, dan menyelesaikan masalah.Â
Situasi ini mengarah pada petualangan, pengambilan risiko, dan pemikiran out of the box. Hal demikian sangat berguna untuk imajinasi dan akan membantu mereka di masa depan. Jika mereka memiliki media untuk berekspresi lepas sampai puas, mereka akan dapat mengatasi masa krisis dengan lebih baik seiring bertambahnya usia.