Mohon tunggu...
Heni Pristianingsih
Heni Pristianingsih Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Mencari inspirasi hidup melalui kisah dan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Pembawa Secawan Madu

8 Agustus 2021   01:59 Diperbarui: 8 Agustus 2021   02:00 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Hari menjelang siang ketika Daniel terbangun dari tidurnya. Pekerjaan kantor membuatnya terasa sangat lelah tadi malam. Hingga dia tidak sempat berbincang tentang berbagai hal kepada Sherlyn pada saat makan malam. 

"Sherlyn.... Sherlyn.... "Daniel agak bingung karena tidak menemukan perempuan yang telah membuatnya sadar akan ketulusan. Semua hidangan makan telah tersedia di atas meja. Sherlyn sangat mengerti apa yang dibutuhkan oleh Daniel bahkan dari hal yang kecilpun. Meskipun seorang wanita karier, Sherlyn mau melakukan pekerjaan rumah dengan terampil. 

Daniel berputar mengelilingi setiap ruangan dalam rumahnya namun wanita yang kini ada di hatinya itu telah pergi. Tanpa sengaja dia melihat secarik kertas yang tergeletak di atas meja rias. "Jika belahan hati yang satu terluka maka sisi belahan hati yang lain pasti akan terluka juga. With love.....Sherlyn "

Daniel sangat menyesal mengapa dia tadi bangun kesiangan. Apakah Sherlyn pergi karena merasa terabaikan oleh sikapnya? Mengapa tidak mau berbicara secara terus-terang jika ada permasalahan antara merela berdua? Berbagai pertanyaan memenuhi kepala Daniel sekarang. 

Tiba-tiba suara bel rumah berbunyi. Masih dengan seribu pertanyaan yang berputar di kepala, Daniel segera membukakan pintu. Dia agak terkejut melihat tamu yang ada di hadapannya. "Yuletha.... ", sapanya kepada wanita yang menjadi ibu dari kedua anaknya. 

" Maafkan aku, Mas. " Perempuan itu segera menghambur dan menangis dalam pelukan suami yang telah sekian lama dia tinggalkan. Daniel hanya terdiam menahan rasa amarah dan kecewa. "Papa.... kita semua kangen, " Daniel dikejutkan dengan kedatangan anak-anak mereka yang berlari dan tertawa bahagia mendekatinya. "Yusvan.....Alea...." Danielpun memeluk erat dan mencium kedua buah hati mereka dengan penuh kerinduan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun