Mohon tunggu...
Hendry Sianturi
Hendry Sianturi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

manusia yang miskin wawasan.\r\n"corgito, ergo sum; Aku berpikir maka aku ada"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mancing pada Tempatnya

15 Maret 2014   05:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:55 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

my doc.

Danau buatan (waduk) itu dibuat oleh pemerintah DKI Jakarta sebagai penangkal banjir ketika air hujan meluber dari mata awan. Kedalamannya 5 meter setelah sebelumnya dikerok oleh 20 eskavator. Jika melihat dari ketinggian, terlihat kalau waduk yang terletak di Jakarta Utara ini terbagi dua, waduk sunter 1 (barat) dan waduk sunter 2 (timur). Kedua waduk ini dipisahkan jalan kedondong raya, tempat pemukiman warga. Meskipun berdekatan, tidak ada hubungan air dari waduk Sunter 1 ke 2 atau sebaliknya. Kalaupun ada, hanya resapan tanah jalan kedondong.

Dari pengamatan yang dilakukan dan wawancara dengan beberapa warga, kualitas air di danau sunter 1 dan 2 berbeda. Danau sunter 1 (barat), cenderung lebih keruh. Hal ini diakibatkan pembuangan limbah dari industry kecil masyarakat dan limbah rumah tangga, sehingga tidak banyak ikan air tawar yang hidup di sana, kecuali ikan gabus. "kalau di danau sunter 1, Cuma ikan gabus yang bisa hidup.":kata seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya. Danau Sunter 1 memiliki pompa yang digunakan untuk memindahkan air waduk ke kali Sunter yang terletak di sebelahnya. Antisipasi ini sering dillakukan ketika waduk tak sanggup menampung banyaknya air. Di musim kemarau, warna air di waduk ini hijau pekat kehitaman. Sampah banyak mengonggok di permukaan. Baunya nyengat. Jika melewatinya, sesekali buang ludah atau menutup lubang hidung. Kalau di musim hujan, karena volume air lebih banyak, kepekatan warna waduk ini terurai. Meski demikian, tetap saja aroma tak sedap dari waduk sunter barat ini terbaca oleh indera penciuman.

1394810127987750941
1394810127987750941
my doc.

Di danau sunter 2 (timur), airnya lebih bersih dibandingkan dengan waduk sunter 1. Warnanya seperti air kolam. Airnya tidak berbau dan sesekali warga berenang di pinggiran waduk. Waduk yang sering digunakan untuk dayung dan ski ini sbenarnya terletak di antara gedung-gedung tinggi salah satunya hotel sunter jaya. Hotel ini hanya berjarak tak sampai 100 m dari waduk. Limbah hotel ini biasanya dialirkan ke waduk ini. Selain itu, limbah rumah tangga pun tak ketinggalan. Meski demikian, banyak warga yang berekreasi di waduk ini. Ada yang kongkow dan olahraga dayung setelah mendapat izin dari Suku Dinas (Sudin) Olahraga Jakarta Utara, yang garis kordinasinya di bawah dinas olahraga. Tapi belakangan masyarakat yang latihan dayung semakin sepi. Alasannya karena kualitas air menurun sehingga rentan menyebabkan masyarakat alergi atau gatal-gatalan. Justru kegiatan yang semakin banyak di waduk sunter 1 ini adalah kegiatan memancing.

13948101931725359524
13948101931725359524
my doc.


Keluarga memancing.

Setiap weekend, banyak masayrakat yang datang ke waduk sunter 2. Ada yang sekedar menikmati angin yang melo dan tidak ketinggalan masayrakat yang memancing. Tidak sedikit juga mereka yang berasal dari daerah yang jauh dari waduk tersebut. Salah satunya Yudi. Ketika diwawancara, Yudi mengatakan kalau dia sudah 1 bulan memancing di waduk sunter dan biasanya sepulang kerja. "Saya sudah mancing tahun 1997 di daerah CIkampek. Kadang di laut daerah Ancol bareng teman-teman. Saya mancing di sini (red:waduk sunter 2) karena kebetulan ramai. Kalau sebelumnya di daerah kemayoran.": kata bapak beranak dua ini.

Menurut Yudi, memancing bisa menghilangkan stres. Apalagi tuntan kerjanya sebagai sekuriti di salah satu perumahan di daerah Ancol, memancing bisa melepaskan penatnya. "Senang mancing karena bisa hilangin stres. Kerja seharian, suntuk, habis itu mancing.": kata pria berusia 42 tahun ini.

13948102712121002359
13948102712121002359
my doc.

Yudi menikmati mancingnya.

Keseruan memancing juga bisa dirasakan ketika umpan yang dilempar, ditarik-tarik karena dimakan oleh ikan. Jika tarikannya kencang biasanya ikannya besar dan kalau tarikannya kecil biasanya ikan kecil. Ketika pancingan bergetar karena umpan ditarik, saat-saat itulah si pemancing akan bertarung, memainkan instingnya agar si ikan tidak lepas dan bisa ditangkap. Keseruan ini ternyata membuat peminat olahraga yang menggunakan ganggang, kail dan tali pancing ini, semakin banyak diminati oleh masayrakat. Tak akhyal, di pinggiran waduk sunter 2 ini, berjejer para pemancing. Ada yang sendirian, berkoloni dengan teman-teman dan ada yang memancing sekeluarga.

Ada keluarga hampir setiap weekend making di waduk tersebut. Mereka berasal dari tanggerang. "kami sekeluarga dari tanggerang": kata pemuda berambut cepak yang tak mau disebutkan namanya. Kegiatan memancing, memang sering dilakukan di akhir minggu. Hasil-hasil ikan yang mereka pancing biasanya ada yang dijual ke penampung yang tak jauh dari waduk, ada yang dibakar ramai-ramai, dan ada yang dibawa ke rumah untuk dijadikan lauk.

Kegiatan mancing semakin dinikmati masyarakat di segala bidang, mulai dari sekuriti, pegawai, bahkan direktur perusahaan karena mengasyikkan dan bisa melepas stres. Hanya saja jika memancing di air yang salah, malah akan menimbulkan masalah. Banyak masyarakat percaya, tinggi rendahnya kadar limbah air ditentukan ada tidaknya ikan di dalamnya. Padahal indikator ini bersifat invalid. Ikan layaknya manusia, memiliki kemampuan beradaptasi. Ikan bisa hidup di air limbah. Kemampuan tubuhnya menyesuaikan diri terhadap ekosistem, akan membuat ikan sanggup bertahan dengan kadar toksik normal. Padahal resistensi ikan pada limbah belum tentu bisa dilakukan oleh tubuh manusia.

Tidak sedikit manusia yang bermasalah karena memakan ikan yang hidup di air limbah. Akhir tahun 2013 kemarin, warga Desa Balisosang, Teluk Kao, di Halmahera Utara, Maluku Utara, mengalami penyakit benjol-benjol di sekujur tubuh setelah mengkonsumsi ikan yang ditangkap dari air limbah. Masri Anwar, Kepala Biro Advokasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Maluku Utara (Malut), mengatakan bahwa warga mereka yang terkena penyakit benjol-benjol sekitar 13 orang setelah makan ikan dari teluk Kao yang notabene sudah tercemar limbah pabrik. "Penyakit ini hampir menjalar ke separuh dari tubuh mereka," katanya dalam rilis kepada media, di Malut, Selasa (10/12/13). Beberapa penelitian juga berpandangan bahwa ikan yang hidup di air limbah bisa bertahan hidup tetapi rentan dengan bakteri dan jamur. Dan jika kita memakan ikan tersebut, dengan sendirinya kita pun akan terkontaminasi dengan jamur dan bakteri ikan.

Limbah yang banyak di daerah seperti waduk sunter ini biasanya limbah detergen karena lokasinya yang tidak jauh dari pemukiman warga dan perhotelan. Salah satu kandungan detergen yang cukup berbahaya bagi manusia adalah Sodium Laureth Sulfate (SLS). Di detergen, senyawa kimia ini berfungsi untuk menambah kuantitas. Dari hasil penelitian ternyata SLS bisa memicu kanker (OCA & Cancer Prevention Coalition Warn of Hidden Carcinogens in Baby Care" AScribe Newswire, Feb 28, 2007). Ketika SLS bercampur dengan triethanolamine ( T.E.A) yang merupakan bahan karsinogenik, zat penyebab kanker.

Masyarakat biasanya senang memakan ikan yang diperoleh dari hasil memancing. Mereka mengkonsumsi ikan tersebut dengan rasa bangga. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah asal ikan yang dipancing. Dan melihat kondisi waduk sunter yang rentan dengan limbah, rasanya mengkonsumsi ikan dari waduk sunter perlu dipertimbangkan agar menghindari penyakit. Lebih lanjut, masyarakat bisa memilih tempat memancing yang memiliki kualitas air yang baik agar ketika hasil pancingan di konsumsi, tingkat risikonya lebih rendah ketimbang mengkonsumsi ikan dari air limbah.

Masyarakat khususnya peminat mancing, perlu mendapat edukasi tentang lingkungan dan limbah agar mereka bis mengantisipasi masalah kesehatan. Salah satunya ada pemilihan tempat mancing yang sesuai dengan batas ambang toksik pada limbah. Memancing di tempat yang salah, bukan saja merugikan diri sendiri, melainkan orang lain seperti keluarga. Oleh karena itu, memancinglah pada tempatnya.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun