Mohon tunggu...
Hendry Sianturi
Hendry Sianturi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

manusia yang miskin wawasan.\r\n"corgito, ergo sum; Aku berpikir maka aku ada"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mancing pada Tempatnya

15 Maret 2014   05:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:55 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keseruan memancing juga bisa dirasakan ketika umpan yang dilempar, ditarik-tarik karena dimakan oleh ikan. Jika tarikannya kencang biasanya ikannya besar dan kalau tarikannya kecil biasanya ikan kecil. Ketika pancingan bergetar karena umpan ditarik, saat-saat itulah si pemancing akan bertarung, memainkan instingnya agar si ikan tidak lepas dan bisa ditangkap. Keseruan ini ternyata membuat peminat olahraga yang menggunakan ganggang, kail dan tali pancing ini, semakin banyak diminati oleh masayrakat. Tak akhyal, di pinggiran waduk sunter 2 ini, berjejer para pemancing. Ada yang sendirian, berkoloni dengan teman-teman dan ada yang memancing sekeluarga.

Ada keluarga hampir setiap weekend making di waduk tersebut. Mereka berasal dari tanggerang. "kami sekeluarga dari tanggerang": kata pemuda berambut cepak yang tak mau disebutkan namanya. Kegiatan memancing, memang sering dilakukan di akhir minggu. Hasil-hasil ikan yang mereka pancing biasanya ada yang dijual ke penampung yang tak jauh dari waduk, ada yang dibakar ramai-ramai, dan ada yang dibawa ke rumah untuk dijadikan lauk.

Kegiatan mancing semakin dinikmati masyarakat di segala bidang, mulai dari sekuriti, pegawai, bahkan direktur perusahaan karena mengasyikkan dan bisa melepas stres. Hanya saja jika memancing di air yang salah, malah akan menimbulkan masalah. Banyak masyarakat percaya, tinggi rendahnya kadar limbah air ditentukan ada tidaknya ikan di dalamnya. Padahal indikator ini bersifat invalid. Ikan layaknya manusia, memiliki kemampuan beradaptasi. Ikan bisa hidup di air limbah. Kemampuan tubuhnya menyesuaikan diri terhadap ekosistem, akan membuat ikan sanggup bertahan dengan kadar toksik normal. Padahal resistensi ikan pada limbah belum tentu bisa dilakukan oleh tubuh manusia.

Tidak sedikit manusia yang bermasalah karena memakan ikan yang hidup di air limbah. Akhir tahun 2013 kemarin, warga Desa Balisosang, Teluk Kao, di Halmahera Utara, Maluku Utara, mengalami penyakit benjol-benjol di sekujur tubuh setelah mengkonsumsi ikan yang ditangkap dari air limbah. Masri Anwar, Kepala Biro Advokasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Maluku Utara (Malut), mengatakan bahwa warga mereka yang terkena penyakit benjol-benjol sekitar 13 orang setelah makan ikan dari teluk Kao yang notabene sudah tercemar limbah pabrik. "Penyakit ini hampir menjalar ke separuh dari tubuh mereka," katanya dalam rilis kepada media, di Malut, Selasa (10/12/13). Beberapa penelitian juga berpandangan bahwa ikan yang hidup di air limbah bisa bertahan hidup tetapi rentan dengan bakteri dan jamur. Dan jika kita memakan ikan tersebut, dengan sendirinya kita pun akan terkontaminasi dengan jamur dan bakteri ikan.

Limbah yang banyak di daerah seperti waduk sunter ini biasanya limbah detergen karena lokasinya yang tidak jauh dari pemukiman warga dan perhotelan. Salah satu kandungan detergen yang cukup berbahaya bagi manusia adalah Sodium Laureth Sulfate (SLS). Di detergen, senyawa kimia ini berfungsi untuk menambah kuantitas. Dari hasil penelitian ternyata SLS bisa memicu kanker (OCA & Cancer Prevention Coalition Warn of Hidden Carcinogens in Baby Care" AScribe Newswire, Feb 28, 2007). Ketika SLS bercampur dengan triethanolamine ( T.E.A) yang merupakan bahan karsinogenik, zat penyebab kanker.

Masyarakat biasanya senang memakan ikan yang diperoleh dari hasil memancing. Mereka mengkonsumsi ikan tersebut dengan rasa bangga. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah asal ikan yang dipancing. Dan melihat kondisi waduk sunter yang rentan dengan limbah, rasanya mengkonsumsi ikan dari waduk sunter perlu dipertimbangkan agar menghindari penyakit. Lebih lanjut, masyarakat bisa memilih tempat memancing yang memiliki kualitas air yang baik agar ketika hasil pancingan di konsumsi, tingkat risikonya lebih rendah ketimbang mengkonsumsi ikan dari air limbah.


Masyarakat khususnya peminat mancing, perlu mendapat edukasi tentang lingkungan dan limbah agar mereka bis mengantisipasi masalah kesehatan. Salah satunya ada pemilihan tempat mancing yang sesuai dengan batas ambang toksik pada limbah. Memancing di tempat yang salah, bukan saja merugikan diri sendiri, melainkan orang lain seperti keluarga. Oleh karena itu, memancinglah pada tempatnya.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun