What? Seukuran atlet pro masih hidup dengan pola yang penting halal seperti ini? Ketika netizen mengkritik, bukannya di tanggapi positif malah ada yang menantang. Tapi coba di puji? Kelas abang idola, manyala kaka e.
Lucunya, ketika kompetisi tidak jalan seperti sekarang, banyak yang tidak mau menantang diri ke luar negeri. Mau main dimana lagi? Bukankah liga-liga tetangga sudah dimulai dan membuka pintu lebar terhadap pemain kita? Kalau mau cari aman, main saja di tarkam.Â
Dapat duit, pujian, dan yang penting nambah followers. Momennya pas betul kan? Pemain kita juga terima-terima saja kok.Â
Di lapangan liga saja berasa jadi Ronaldo, apalagi di tarkam pasti berasa dewa bola. Toh Cuma itu satu-satunya medan pemain untuk eksis masa sekarang selain pelatnas timnas u-19.
Ngomong-ngomong timnas u-19, tim ini diharapkan jadi kerangka tim yang akan berlaga di Piala Dunia u-20 nanti. Artinya proses mematangkan tim yang mereka lalui dengan berbagai TC harus diberi semangat, bukan makiaan.Â
Jangan hanya karena kalah 0-7 dari Kroasia u-19 atau imbang dengan Arab Saudi kita jadi underestimated. Suporter juga jangan norak dan barbar. Menang dipuji tinggi, kalah #pelatihout lagi. Inilah penyakit kronis stadium 4 suporter Indonesia.Â
Fanatik berlebihan tapi tidak menghargai proses, hanya tau menang. Di level ujicoba saja kalah sudah teriak-teriak pelatih out lah, pemain A di coretlah, berasa paling pintar.
Lucunya klub pun terpengaruh. Kelas ujicoba saja bisa terjadi kejadian-kejadian miris. Pelatih dipecat, pemain dicoret, dan sebagainya. Klub jadi tidak jelas targetnya apa. Masa lebih penting piala pramusim dibandingkan Piala AFC?Â
Dasar mata duitan. Lihat tuh rangking liga Indonesia di klasemen liga Asia. Memenuhi tuntutan suporter dengan mendatangkan pemain mahal, tapi lupa nggak punya fasilitas. Beruntung benar Michael Essien menemukan fenomena unik ini sepanjang hidupnya.
Masih banyak permasalahan didalam sepak bola Indonesia yang bikin geleng-geleng kepala. Usaha untuk memperbaikinya bukan tidak ada. Namun momentumnya selalu gagal dimanfaatkan.Â
Ketika sepak bola Indonesia di banned FIFA, akhir perseteruaan KPSI vs PSSI, pemilihan ketua umum dan exco, semuanya hanya semangat diawal.Â