Sementara di provinsi tetangga di DI Yogyakarta, kejadian lain terjadi di Kulonprogo. Â Patung Bunda Maria setinggi 6 meter, akhirnya ditutup terpal biru.
Peristiwa yang viral di media sosial ini tepatnya berada di sebuah area rumah doa di Padukuhan Degolan, Bumirejo, Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Awalnya, beredar kabar kalau penutupan patung tersebut buntut dari protes salah satu ormas keagamaan.
Sebenarnya lokasi ini adalah sebuah kuburan yang berada dalam kompleks yang dinamai Sasana Adhi Rasa "Santo Yakobus". Dari pihak keluarga menutup patung itu setelah ada desakan dari sekelompok warga pada Rabu (22/3/2023). Hal ini sebagai tindak lanjut dari kedatangan ormas Islam yang beberapa waktu sebelumnya merasa tidak nyaman karena keberadaan patung tersebut. Mereka menganggapnya mengganggu umat Islam yang melaksanakan ibadah di Masjid Al-Barokah, yang lokasinya berhadapan (sumber 5).
Dua peristiwa yang terjadi jelang ibadah puasa tahunan oleh umat Islam ini tentu saja mengusik rasa, nalar dan logika. "Mengapa momentumnya sama setiap tahun, menjelang bulan puasa (Islam) tiba? Apakah ini yang dinamakan hidup harmoni dan bertoleransi?"Â
Bukankah hal ini justru mengusik nilai dari makna puasa itu sendiri? Lagi-lagi yang terkena imbas tak langsung adalah simbol dan nama kepercayaan umat terkait. Belum lagi citra institusi berwenang yang makin tidak dipercaya oleh netizen.
Apa artinya puasa jika tak sanggup menahan ego diri? Apa arti puasa jika membuat perasaan orang lain menjadi terlukai?
"Inilah puasa yang Ku-kehendaki: Lepaskanlah belenggu penindasan dan beban ketidakadilan, dan bebaskanlah orang-orang yang tertindas."
Kiranya salah satu teks kalimat dalam KItab Suci di atas menjadikan spirit bersama dalam melakukan puasa, sebagaimana keyakinan masing-masing umat. Bahwa puasa bukanlah semata untuk mengejar kesalehan pribadi. Penting juga untuk melakukan kesalehan sosial. Â Terlebih lagi dalam hidup berkemajemukan di rumah bersama bernama NKRI.
Hendra Setiawan
25 Maret 2023