Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puasa dan Alasan "Keresahan" yang Membuat Resah

25 Maret 2023   18:30 Diperbarui: 25 Maret 2023   18:31 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada dasarnya, puasa ini bukanlah semata soal ragawi semata (urusan yang terkait perut), namun ditujukan pada latihan rohani. Dengan berpuasa, memurnikan hati untuk lebih memusatkan diri pada doa dan tingkah laku rohani keseharian. Juga sebagai ungkapan syukur atas rahmat Tuhan dan lebih berempati dalam hidup sosial bersama (sumber 3).

Sumber: KabarDamai.id
Sumber: KabarDamai.id

Noda Makna Puasa

Sudah jamak dikatakan kalau puasa itu bukanlah soal menahan lapar dan haus belaka. Meminjam perkataan (maaf) kalau soal itu saja, 'gelandangan' lebih tahan uji.

Puasa adalah pengendalian diri terhadap egoisme. Menata batin untuk tidak terjebak pada keangkuhan bahwa "saya lebih suci". Maka "saya berhak mengatur orang lain" agar "saya bisa mempertahankan kesucian saya."

Pemahaman alias pola pikir seperti ini, yang kerap terjadi dan menjadi tontonan publik, justru mendangkalkan makna puasa yang hendak dibangun. "Mengapa bisa tak tahan godaan, hingga menganggap pihak lain yang bersalah?" Demikianlah kira-kira yang ada di benak orang yang masih waras dan punya akal sehat.

Dua peristiwa yang viral di media jelang tradisi puasa, lagi-lagi seperti lagu lama. Tuduhannya sama. "Atas dasar laporan [ormas], ada kegiatan yang dianggap meresahkan masyarakat." 

Sekali lagi, petugas keamanan atau pemangku kepentingan seperti cenderung lebih berpihak kepada satu kelompok tersebut, tanpa memberikan perlindungan kepada yang lainnya. Padahal sebagai pengayom, mempertimbangkan dan mewadahi semua kepentingan. Tidak malah membuat segregasi mayoritas-minoritas, yang semestinya tak ada dalam kamus.

Tangkapan layar Kompas.com
Tangkapan layar Kompas.com
Di Jawa Timur, tepatnya di Kecamatan Sukun, Kota Malang. Seorang pedagang nasi goreng B2 (babi) yang sudah berjualan di Jalan Terusan Dieng, Kelurahan Pisang Candi sejak tahun 1990 harus berhenti usahanya.

Lancar jaya selama 30 tahun lebih melakukan usaha kuliner khas dan khusus, tetiba pada Senin (21/3/2023), Bambang Dwi Priyanto (65), sang penjual dibuat kaget dan bingung. Dia diminta untuk menandatangani surat pernyataan untuk tidak lagi berjualan nasi goreng babi lagi di wilayah tersebut.

Usahanya itu dianggap telah meresahkan warga. Atas dasar laporan yang diterima, maka Satpol PP bersama pihak Pemerintah Kelurahan Pisang Candi, Polresta Malang Kota dan Babinsa pada akhirnya menggelar ketertiban ini (sumber 4). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun