Jika dirasa si penelepon mulai pasang tampang sangar dengan nada ancaman, lawan balik. Toh tidak berhadapan muka dengan muka saja :). Perang keberanian semacam ini lumayan bisa mengendorkan arogansi si penelepon. Atau sebaliknya, menunjukkan sifat asli, yang justru berbanding terbalik saat pertama menelepon. Dari semula ramah jadi marah-marah.
Misalnya, ia mengatakan kalau tidak segera diproses (upaya damai maksudnya), anggota keluarga ibu masuk jeruji besi (kalau si oknum ngaku polisi). Atau anggota keluarga ini harus segera mendapat tindakan medis dengan operasi biar tertolong nyawanya (misalnya kalau si oknum ngaku sedang atau jadi pegawai RS).
Gertak balik misalnya dengan cara mengatakan kalau telepon rumah sudah dipasang "alat perekam suara atau nomor telepon yang masuk". Atau suruh si penelepon untuk mengaku nama, pangkat, kerja di bagian apa, dan lain-lain. Supaya bisa di-cek benar atau tidaknya. Mau minta tolong pada kerabat (padahal tak punya kenalan :P). Seringkali kalau identitas ini ditanya, jawabnya akan berputar-putar, tak segera menjawab dengan pasti dan jelas. Â
4. Tetap tenang dan tahan emosi berlebihan
Kepanikan sesaat bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri. Justru sikap santuy (santai) dan tekesan abai, tak minat pada obrolan, mampu menyelamatkan dari upaya penipuan terorganisasi dan terencana.
Ah, ya sedikit kisah penutup yang bikin senyum dan ketawa bersama. Suatu ketika, di rumah saudara, sesaat keponakan baru tiba dari pulang sekolah. Kira-kira waktu itu ia masih SMP dan sekarang sudah kuliah. Lalu berderinglah telepon...
"Halo..."
Lalu, belum sadar nih! Si penelepon lantas menanyakan keberadaan Bapak A Â (sebut saja demikian). Kemudian dengan nada bicara yang seperti KA ekspres tiada henti, ia mengabarkan kalau anaknya yang masih SD tadi terjatuh dari tangga sekolah waktu bermain. Kondisinya agak gawat sehingga harus dilarikan ke rumah sakit dan seterusnya bla-bla-bla...
Eh, lha kok tanpa ba-bi-bu, tak lama kemudian "klek". Mati suara telepon dari seberang tanpa ada kejelasan berikutnya. Gak sopan banget, ya....
Lantas, saya pikir apa karena tadi saya cuma jawab, "Oh, ya..." begitu saja dengan nada datar. Tak seperti orang yang sedang kebingungan karena ada anggota keluarga yang sedang sakit atau sekarat. Sehingga perlu untuk segera mendapatkan bantuan perawatan medis. Jika tidak, ancaman nyawa bisa melayang.
Lalu, si keponakan tadi tanya, dari siapa dan ada apa? Hahaha... kami jadi tertawa lepas membahasnya kemudian. Lha si keponakan tadi masih dengan seragam birunya, belum ganti pakaian rumah. Posisinya dekat dengan pesawat telepon.