Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cancel Culture, Apakah Perlu dan Berguna?

12 September 2021   16:00 Diperbarui: 13 September 2021   12:39 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paling sebel nonton TV show (acara televisi), terus yang diundang adalah sosok yang sedang bermasalah. Halooo... tidak ada orang lainkah yang lebih baik dari dia?

Perasaan sebal seperti ini pasti ada di antara kita. Mengatasinya, langsung saja ganti kanal lain yang lebih menarik.

Langkah ini adalah salah satu cara praktis untuk memboikot seseorang yang dianggap 'bermasalah' tadi. Tak selayaknya pihak stasiun TV, PH (production house, rumah produksi) membuat acara yang malah memberikannya panggung kehormatan.

Aksi boikot semacam ini pada dekade terakhir ini disebut dengan "Cancel Culture". Cancel alias batal tampil karena hasil adanya gerakan massa, kekuatan kolektif. Pengaruh suara publik yang masif hingga akhirnya mendapatkan tanggapan dari pihak-pihak yang terkait.

Cancel Culture sendiri kebanyakan dilakukan pada seorang selebriti (artis). Tidak menutup kemungkinan pada pesohor atau profesi lainnya. 

Kasus terbaru adalah penolakan warganet untuk tampilnya kembali Saipul Jamil setelah bebas dari penjara atas kasus pelecehan seksual (pencabulan) dan penyuapan kasus. Ia dianggap tak layak untuk tampil kembali di acara TV.

Aksi galang tanda tangan lewat change.org  ini sudah mampu menghasilkan 536 ribu lebih tanda tangan online hingga hari Minggu (12/9) ini. 

Baru dua hari lalu (10/9), setelah seminggu dimulainya aksi galang dukungan ini, pihak yang disasar (Komisi Penyiaran IndonesiaI) akhirnya memberikan respon.

Positif atau Negatif

Budaya 'kritis' yang dimiliki seseorang pada dasarnya baik karena untuk tujuan yang juga baik. Pun demikian halnya melakukan kritisi pada seseorang, terutama karena perannya yang memiliki pengaruh besar terhadap banyak orang, terutama pengikut, fans, penggemar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun