Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Childfree, Pilihan Bebas yang Tak Bebas Nilai

7 September 2021   18:00 Diperbarui: 8 Februari 2023   15:44 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tidur dengan anak. (Sumber: pixabay.com/smpratt90)

Jadi childfree memang sebuah pilihan sadar dan tanpa paksaan yang dilakukan secara bersama antar pasangan. Dan keputusan atas hal ini tentu saja tidak serta merta pasca perkawinan berlangsung. Namun, jauh hari sebelumnya  komitmen berdua ini  diperbincangkan.

Faktor Pemicu

Memutuskan untuk childfree memang bukan pilihan yang gampang. Lebih mudah bagi pasangan yang childless dalam memutuskan pilihan. Childless, kondisi tidak memiliki anak, lebih ke arah "takdir".

Artinya, ia tidak bisa menolak keadaan yang terjadi. Tidak memiliki anak karena mereka berada di "garis yang dijalani". Sementara childfree ada di "garis lain" yang menjadi jalan hidup.

Sebab kebanyakan pasangan justru akan mengambil keputusan untuk mengadopsi anak saja sebagai salah satu opsi terakhir jika ternyata pasangan suami istri tersebut dinyatakan secara medis tidak bisa memiliki keturunan sendiri. Program  'Bayi Tabung' jika memiliki dana yang cukup.

Alih-alih memilih childfree, justru karena masalah anak bisa menjadi  salah satu sumber kelanggengan masa berumah tangga. 

Kasus perceraian, salah satu indikasi alasan gugatan perkawinan karena pasangannya ditengarai  'mandul' (infertil).  Jadi bukan hanya cerita sinetron, yang ada cerita pasangan selingkuh, kawin lagi, dan seterusnya.

Childfree bisa dipengaruhi banyak faktor. Misalnya karena pengalaman trauma masa kecil, sikap pribadi, atau karena  pengamatan kepada orang-orang yang memiliki anak. 

Endapan pengalaman ini ketika bertemu dengan pasangan yang memiliki keyakinan (pikiran) yang sama, maka jadilah ini menjadi pilihan yang logis bagi mereka.

Kalau toh secara ekternal adalah memikirkan soal finansial (kebutuhan hidup) anak yang jumlahnya juga tidak sedikir, barangkali itu bukan menjadi pertimbangan yang utama. Namun menjadi urutan yang kesekian.

Sementara kalau alasan lingkungan, faktor bumi yang makin tidak sehat, populasi yang makin sesak, korelasi ini adalah alasan pemicu lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun