"Apa tidak takut kosong ide?"
"Kosong?"
"Takut?"
Iya mungkin bisa begitu... Setelah banyak meng-upload karya, terus tiba-tiba berhenti begitu saja. Apa kata dunia, hehe...
Mau dikatakan kuatir, iya kuatir. Tentu saja. Wajar rasa itu muncul.
Tetapi mari coba berpikir dengan analogi keseharian. Tentu bagi orang rumahan, seperti kita punya persediaan bahan pangan mentah  Kalau misalnya pas hari ini kok tetiba kosong, maka kita tetap percaya, besok juga masih bisa makan. Entah bagaimana jalannya...
Tentu mencari lagi persediaan buat stok baru pada hari-hari ke depan lagi. Begitu seterusnya...
***
Demikian pun dengan ide yang ada. Mungkin kalau membuat sendiri cerita pendek, puisi atau bentuk karya sastra yang lain, bisa jadi ada kebuntuan ide.
Namun kalau peristiwa setiap hari, pasti ada saja, bukan? Nah, Â itu juga bisa menjadi alternatif bahan cerita yang baru.
Bahan mentah itu tadi bisa dibuat artikel atau opini alias tanggapan. Bisa juga dalam bentuk cerpen, cerbung atau puisi, sajak, pantun, dan macam bentuk sastra lain.
Segala jenis bentuk tulisan teori jurnalistik, sastra, dan komunikasi. Kesemuanya itu bisa diramu dan diolah sedemikian rupa oleh setiap orang, sehingga menghasilkan bentuk karya tulis yang baru.
Jadi pendek katanya, tidak usah terlalu kuatir dengan itu semua. Â Tapi mungkin memang akan ada penurunan jumlah dari bulan sebelumnya. Kalau misalnya, periode sebelumnya ada 30 artikel. Jadi anggap satu bulan hari penuh, ada waktu per hari kirim satu artikel. Bisa jadi di bulan berikutnya hanya 25, 20, 15, 10 dan seterusnya. Namun yang pasti, perlu ada kemauan dan tekad untuk tetap bisa mengisi karya.
***
Tapi bukankah kalau ada artikel yang sifatnya timeless, tak lekang waktu, dapat dipublikasikan kapan saja? Tidak harus langsung pada bulan yang sama. Buat jaga-jaga untuk waktu pengiriman, biar tidak naik turun secara drastis. Maksudnya begitu...
Iyes, betul, tepat demikian. Tetapi ini juga berpulang kembali kepada "misi" di balik layar dari penulis masing-masing.
Seperti misalnya, penulis mau membuat sebuah buku catatan karya bulanan. Maka ya harus sesuai dengan target tanggal dan tema-nya. Terserah nanti misalnya, suatu saat dalam rentang waktu periode bulan sesudahnya, ada ide baru untuk menambahkan materi tulisan pada suatu tema sebelumnya, tak mengapa.
Tambahan cerita baru yang ditulis pada bulan berikutnya tadi, tinggal disisipkan saja. Sembari tetap menyusun ulang rangkaian cerita berdasarkan tema besar yang telah dipersiapkan sebelumnya..
Begitu saja dulu "cerita di balik layar" hari ini.
Semoga Februari, bulan yang baru, [katanya] bulan penuh cinta.... (jreng-jreng-jrengjreng..., eng-ing-eng... ), kita semua berbahagia. Apalagi hari ini ada hitungan cantik, tanggal dua bulan dua, hehe....
Salam literasi penuh cinta dan semangat :).
2 Februari 2021
 Hendra Setiawan
*) Tulisan sebelumnya: Akhirnya, Semangat "45 Tulisan Pilihan" Januari 2021 di KompasianaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H