Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Salah Siapa Foto-fotoan Tanpa Masker?

30 Januari 2021   18:41 Diperbarui: 30 Januari 2021   18:51 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar berita bisnis.com dan radarcirebon.com

Warganet; sekumpulan orang yang berpikiran sama, ramai-ramai ingin supaya Raffi Ahmad dan Ahok ditangkap saja. Mereka berdua perlu mendapat hukuman karena melakukan pelanggaran terhadap protokol kesehatan (prokes).

Kejadian ini trending di twitter pada pertengahan Januari 2021. Selang tak lama setelah setelah program vaksinasi nasional perdana dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Rabu, 13/1/2021).

Tanda pagar atau tagar #TangkapAhokdanRaffi menjadi trending topic di linimasa twitter, Jumat (15/1/2020) pagi. Berdasarkan pantauan Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), tagar #TangkapAhokdanRaffi dicuitkan ribuan pengguna media sosial itu sejak pagi hari.

Sebentar, mengapa nama Ahok ikut-ikutan  jadi sasaran tembak? Masih ada yang gagal move on rupanya. Istilah gaul zaman now.

Sepertinya hukuman 2 tahun penjara buat Ahok masih kurang. Apalagi keluar penjara, ia malah dapat jabatan menjadi komisaris utama Pertamina. Tambah sakit hati jiwa-jiwa pembenci Ahok.

Oh, begitu rupanya. Ternyata belakangan, Ahok juga ikut dalam perkumpulan keramaian itu. Walaupun tidak ikut foto bersama dengan para artis dalam foto yang beredar, namun ada bukti lain yang bisa menjelaskan kejadian itu.


Jadi kalau Ahok seorang yang perlu disalahkan, tentu bisa dibaca dengan mudah strategi menjatuhkan lawan. Perlu orang lain juga. Ya, Raffi Ahmad. Orang yang dipilih oleh kalangan istana menjadi bagian dari peserta pertama yang ikut dalam vaksinasi perdana dengan Presiden.

Kenapa sasarannya cuma mereka berdua? Apa tidak ada pihak lain yang bisa juga bisa dipersalahkan? Sepertinya tebang pilih kalau cuma mereka berdua.

Nah, pinjam analisa ala Cak Lontong, mari kita ulik, sebenarnya siapa saja yang bisa disalahkan. Sehingga acara yang sebetulnya privat, cuma diikuti oleh 18 orang, sejagat maya jadi bereaksi besar?

 1. Yang komentar

Mengapa salah? Jelas, kenapa mau mengurusi cara hidup orang lain. Orang mau kumpul-kumpul, sendirian saja, kenapa diributkan coba.

Apakah yang mereka lakukan itu mempengaruhi hidupmu? Baik itu secara langsung ataupun tidak. Kalaupun si pesohor dihukum, status sosial ekonomimu jadi ikut berubah? Enggak kan....

Kalian terlalu berlebihan membuat komentar. Seperti kata si Raffi sendiri, mereka sudah melakukan prokes. Foto kumpul-kumpul itu dilakukan setelah makan. Habis itu, ya pakai masker lagi.

Kalian kan tidak tahu apa yang terjadi sebelum, selama, dan setelah foto-fotoan tadi.

Halah, wong kalian sendiri kalau ketemu kawan akrab, kumpul-kumpul saja, juga sering abai kok...

Tapi memang, mereka itu termasuk publik figur. Jadi berilah contoh yang baik. Apalagi si Raffi, yang berkesempatan dapat suntik perdana bersamaan dengan RI-1.  Yo wajarlah dia yang dapat kritik pertama.

 2. Yang meng-capture tayangan story dari si Anya Geraldine

Sudah dibilang, seperti nama akun twitter-nya @Anyaselalubenar. Suka-suka dia bikin status di story Instagram-nya.

Lha, ada yang iseng dan jahil. Menyimpan screenshot lalu membagikannya ke media sosial miliknya. Terus... Entah bagaimana skenario yang terjadi, lalu jadi viral dan gempar.

Lho, bukankah kalau seperti itu, kalian juga bisa dipersalahkan melanggar privasi orang. Tanpa ijin, menyimpan gambar milik orang lain, lalu mendistribusikan dalam bentuk digital dengan penafsiran baru. Termasuk pelanggaran UU ITE, awas lho, ya...

Si pengunggah foto kan awal mulanya cuma bikin story buat lucu-lucuan aja, bukan hal serius. Ah, masa gak ngerti membaca suasana batin dari sebuah foto pribadi yang diumbar ke media publik?

 3. Anya yang kali ini tidak selalu benar.

Memang sih, secara gak langsung Anya juga salah. Salahnya dia, kenapa mem-posting foto itu pada waktu yang salah. Andaikata dia cuma membagikannya secara privat, kepada teman-temannya sendiri. Ya, aman jaya ceritanya...

Anya dalam hal ini sepertinya masih kurang paham dengan urusan hati orang-orang yang masih belum bisa move on dari situasi negeri yang hendak diajak maju. Coba kalau yang dihadapi orang-orang waras dan cerdas, tentu hasilnya berbeda.

Sumber: twitter Anya Geraldine
Sumber: twitter Anya Geraldine
 4. Media massa atau media online

 Ini yang juga kadang membuat heboh kejadian yang sebenarnya lumrah dan biasa saja. Entahlah,"tak habis thinking" kosakata bahasa anak zaman now.

Ya, ini 'oknum' juga sih. Tak semua penulis berita seperti itu. Tapi kalau diurut-urut, tentu tulisan pewarta berita tadi harus disetujui juga oleh editornya, kepala bagiannya. Jadi salah komunal di sini.

 5. Pembaca

Lho kok kena juga? Ya, seringkali media itu bikin judul berita yang bombastis, sensasional. Clickbait istilah kerennya.

 Umpan klik (clickbait) adalah suatu istilah peyoratif yang merujuk kepada konten web yang ditujukan untuk mendapatkan penghasilan iklan daring, terutama dengan mengorbankan kualitas atau akurasi, dengan bergantung kepada tajuk sensasional atau gambar mini yang menarik mata guna mengundang klik-tayang (click-through) dan mendorong penerusan bahan tersebut melalui jejaring sosial daring. 

Tajuk umpan klik umumnya bertujuan untuk mengeksploitasi "kesenjangan keingintahuan" (curiosity gap) dengan hanya memberi informasi yang cukup membuat pembaca penasaran ingin tahu, tetapi tidak cukup untuk memenuhi rasa ingin tahu tersebut tanpa mengklik pada tautan atau pranala yang diberikan

 Maklum, mereka hidup dari media. Mereka butuh pembaca yang banyak. Makin banyak di klik, makin banyak minat pemasang iklan. Tentu pundi penghasilan juga makin besar.

Maklum juga, cerita dapur redaksi kadang cuma hitam putih, bukan warna-warni. Jurnalisnya harus ekstra kreatif biar dapat pemasukan tambahan. Salah satunya dengan bantuan klik berita tadi. Kalau hitungan per klik atau tayang dapat sekian rupiah, nah tinggal kalikan saja berapa jumlah orang yang sudah nelihatnya.

Maka jangan kaget, jumlah viewer itu penting untuk ditampilkan pada sebuah halaman pemberitaan, khususnya yang onlen.

 6. Siapa lagi, ya?

 Ah, tambahkan saja sendiri, ya.... Berhubung yang nulis ini masih ada kerjaan lain yang harus diselesaikan. Tidak usah terlalu serius membahas hal-hal yang viral dan kadang malah bikin ngilu. Ops... ampun...

Semoga tulisan yang gak jelas ini makin nambah ruwet cerita, haha...  Canda, Bang Jago.

Btw, lucu enggak? Maapkeun hamba yang memang bukan jago ngelawak, bikim banyolan seru... Salam bahagia biar imun makin nambah, gak ampang kena sakit penyakit.

Selamat memasuki akhir pekan di akhir bulan. Selamat menikmati gajian buat yang dapat. Yang gak dapat, cepetan minta yang dapat sono, sebelum kehabisan, hehe...

 Hendra Setiawan
30-01-2021

 

*) Selanjutnya adalah: "Menertawakan Berita yang Tidak Penting; Buat Apa Dulu Ikut Diklat Jurnalistik?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun