Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Enaknya Melayani Bangku Kosong?

19 April 2020   18:30 Diperbarui: 19 April 2020   18:48 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sedih saat melayani bangku kosong. Sumber: IG @jkt48sisca

Pelayan, demikianlah kami, umat kristiani menyebut orang-orang yang sedang bertugas dalam sebuah kegiatan gerejawi. Pelayan dalam arti servant. Pelayan yang diambil dari istilah Kitab Suci sendiri. Pelayan dalam arti hamba, dan Sang Tuan adalah Dia, Sang Pemilik dan Sumber Kehidupan.

Dalam hal ini, arti pelayan tentu berbeda dengan arti umumnya; pelayan yang berkonotasi sebagai pesuruh, orang upahan, orang rendahan.

Dari kata ini, muncul istilah lain yaitu pelayanan. Pelayanan tidak hanya dalam arti ritual, tapi bisa juga secara sosial. Ini bisa lakukan oleh siapa saja, tidak tergantung pada jabatan struktural kelembagaan. Meskipun pada hal-hal tertentu, tetap ada jabatan sakral, yang memang harus dilakukan oleh orang-orang tertentu pula.

***

Hari ini, Minggu, 19 April 2020, adalah pekan kedua peringatan Paskah, khususnya bagi umat kristiani yang memakai sistem kalender Gregorian atau penanggalan Masehi. Sementara, bagi umat Kristen Ortodoks yang menggunakan sistem kalender Julian, sekarang adalah Paskah minggu pertama.

Ya, peringatan Paskah sendiri dirayakan selama 40 hari, yang berakhir pada peristiwa Kenaikan Yesus Kristus ke surga. Selama waktu ini, Ia menjumpai para murid. Memberi kekuatan dan penghiburan kembali, supaya ketakutan dan hilangnya pengharapan, jangan lagi ada. Pemberitaan dan pembuktian diri bahwa Ia memang bangkit, sebagaimana Ia nyatakan sebelumnya, telah nyata.

Sukacita Paskah dalam Senyap

Beribadah lewat tontonan. Beribadah secara online. "Ah, yang benar saja...."

Rasanya aneh saja, ketika kondisi memaksa orang untuk mau tak mau menerima perubahan dan kenyataan. Orang harus mengikuti ibadah secara online atau lewat layar kaca. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan, walaupun memang sebelumnya telah ada sebelum ini ramai didengungkan.

Memang, akan ada pro dan kontra terhadap kebijakan ini. Nilai sakralnya serasa ada yang hilang. Ibadah di rumah, apa bisa khusyuk? Konsentrasi dengan sekadar menatap layar. Bisakah mendapati suasana yang nyaris sama seperti kerika datang ke rumah ibadah?

Pada sisi lain, lantas bagaimana juga dengan perubahan signifikan yang turut dialami oleh para pelayan gereja tadi? Melihat deretan bangku kosong di hadapannya. Tentu hal ini bisa membuat sedih para pelayan yang terlibat di dalamnya.

Jangankan bagi yang terlibat langsung dalam pelayanan peribadahan. Lha jadi panitia acara khusus saja, kursi-kursinya banyak yang melompong, juga kepikiran kok. Eman... Sayang.... 

Lha, sekarang; dengan kondisi social distancing, jaga jarak. Jangan ditanya soal kesedihan. Itu pastilah...!

paskah-kosong-5e9c0385d541df1c30098352.jpg
paskah-kosong-5e9c0385d541df1c30098352.jpg
Memandang Terbalik

Berpikir negatif saja, tentu tak banyak berfaedah. Jadi dibalik saja. Ambil saja sisi positifnya. Bayangkan para lansia, para warga sepuh, orang tua kita, kakek-nenek, mereka yang terkendala karena masalah fisiknya tidak dapat berangkat ke rumah ibadah. Harus diam di rumah saja, padahal kerinduan untuk datang kepada-Nya itu ada. Bukankah dengan adanya tayangan secara visual, online akan membantu mereka juga?

Jadi, buat para pelayan; orang-orang yang terlibat di balik layar tayangan online, Anda semua juga berjasa. Tetap mewartakan Kabar Baik di tengah situasi dan kondisi yang tidak baik ini.

Perasaan sedih, semua mengalami juga. Justru, karena pada saat perayaan puncak imani ini, tidak dapat berjumpa dengan rekan-rekan, sahabat dan siapapun juga di gereja. Tidak bisa bersua dan berucap, “Selamat Paskah!” sembari saling berjabat tangan. Tak bisa lagi menjumpai wajah-wajah gembira yang mendapatkan telur Paskah.

Memang, Gereja yang bukan saja bermakna gedung, rumah ibadah, bangunan fisik yang mati. Tetapi Gereja juga bermakna sebagai eclesia. Gereja sebagai persekutuan. Gereja sebagai hubungan antar sesama. Bukan hanya hubungan kepada Sang Khalik an sich. Tapi pun hubungan yang dibangun selain secara vertikal, namun juga secara horisontal.

Paskah #DiRumahSaja di tahun 2020, kiranya menjadi sejarah dan kenangan. Bahwa pernah ada masa-masa sulit yang dirasakan dan dihadapi bersama. Tapi kehadiran Sang Kristus yang sudah bangkit, juga akan membangkitkan semangat kita untuk tetap mau mengikuti jalan-Nya. Setia dan taat mengikuti ajaran dan teladan-Nya.

Kita kembali kepada keluarga masing-masing. Pada tempat yang memang selayaknya kali pertama mendapat perhatian. Bersama dalam doa. Dalam puji dan puja bersama. Dalam duka dan kegembiraan. Di sanalah, kini, warta Kabar Baik itu dinyatakan.

Dimensi tempat, kini janganlah jadi penghalang. Dia Mahaada. Dia Mahahadir. Jangan sampai harapan itu luruh. Tetap semangat.

"Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat."

Selamat Paskah; dari rumah ke rumah..... dari hati ke hati...

Surabaya, Minggu Paskah II Tahun 2020

© Hendra Setiawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun